Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Minyak Sawit Tetap Prospektif di tengah Tekanan dari India dan UE

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 04 Oktober 2017 - 15:18 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Sejumlah isu struktural diprediksi akan menghambat industri perkebunan kelapa sawit global dalam jangka pendek.

Hal itu diungkapkan kepala riset Inter-Pacific Securities Sdn Bhd, Pong Teng Siew, seperti dikutip The Malaysian Reserve, akhir pekan lalu.

'Saat ini sektor perkebunan tengah dihadapkan pada beragam isu, sehingga diprediksi permintaan ekspor akan melamban, terutama diterapkannya kenaikan bea masuk CPO oleh India dan sentimen anti-sawit di Uni Eropa (UE) dan berkurangnya impor dari Tiongkok," kata Pong.

Tapi Pong mengatakan bahwa minyak sawit akan tetap menjadi minyak nabati pilihan di banyak negara, terutama di negara berkembang, berkat harganya yang bersaing dengan minyak nabati lain.

'Untuk jangka panjang, outlook tetap optimistis. Selain harganya murah, meningkatnya populasi dunia akan berkontribusi pada meningkatnya permintaan terhadap minyak sawit," ucapnya.

Pong juga memperkirakan kenaikan harga CPO dalam beberapa bulan ke depan akan menjadi sentimen positif bagi harga saham perusahaan perkebunan.

Sementara itu, CFO IJM Plantations Bhd, Purushothaman Kumaran, mengatakan festival mendatang di India dan Tiongkok akan menyerap banyak stok minyak sawit dunia.

Di sisi lain, deputy director of futures and commodities RHB Investment Bank Bhd, David Lo Tuck Wye, menambahkan harga CPO akan menyentuh RM3.000 pada akhir tahun ini, didorong tingginya permintaan mulai Oktober hingga tutup tahun.

Lo mengatakan bahwa harga CPO kecil kemungkinan kembali ke level RM4.000 seperti pada 2008, tapi harga sekarang di kisaran RM2.800 akan cukup lama bertahan, dengan pergerakan naik turun di kisaran RM2.000 hingga RM3.000. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru