Aplikasi Manajemen Relawan Pilkada 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

GAPKI: Kampanye Negatif Sawit Bukan Isu Baru

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 11 Desember 2017 - 11:10 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Isu negatif mengenai minyak sawit khususnya dari Indonesia sudah terjadi sejak 1980 ketika minyak sawit mulai berkembang dan merebut pangsa pasar minyak nabati lain yang diproduksi Amerika Serikat dan Eropa, misalnya rapeseed, kedelai dan bunga matahari.

"Bahkan beberapa perusahaan yang masih menggunakan minyak sawit sebagai bahan produksi mereka, juga mengalami penekanan untuk tidak lagi menggunakan," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Fadhil Hasan, kepada pers di Jakarta, baru-baru ini.

Fadhil mengungkapkan, di pasar, minyak sawit memang terbukti lebih laku dibandingkan penghasil minyak nabati lain seperti rapeseed, kedelai, maupun bunga matahari. Alasannya karena harga minyak sawit jauh lebih murah.

"Ketersediaan minyak sawit juga cukup banyak dibandingkan kompetitor lainnya. Ini tentu meresahkan pasar minyak nabati lain di Eropa," papar dia.

Isu negatif minyak sawit terutama di Uni Eropa bak bola panas yang terus bergulir. Berbagai tuduhan dialamatkan ke minyak sawit, mulai dari isu lingkungan, kesehatan hingga konflik sosial. Padahal tidak ada bukti yang cukup kuat atas tuduhan tersebut.

"Sekarang minyak sawit juga dinilai memicu konflik sosial dan human rights," ujar Fadhil.

Berbagai upaya telah dilakukan Indonesia untuk bisa mengekspor produk minyak sawit ke Uni Eropa. Misalnya kewajiban memperoleh sertifikat RSPO atau Roundtable on Sustainable Palm Oil.

Dengan RSPO maka minyak sawit yang diekspor memiliki standar global untuk minyak sawit berkelanjutan.

Punya RSPO tidak berarti bisa melenggang mulus masuk pasar ekspor. Kabar terbaru datang dari Amerika Serikat bagaimana negara Paman Sam itu membuat kebijakan pengenaan tarif pajak anti dumping produk biodiesel sebesar 50,71%, ini jelas memberatkan pengusaha minyak sawit Indonesia di tengah ketatnya persaingan pasar global.

Selain Uni Eropa, minyak sawit Indonesia juga banyak diekspor ke AS. Tahun ini, estimasi ekspor minyak sawit dalam bentuk biodiesel ke AS mencapai 100 juta liter. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru