Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Analis: Harga CPO dalam Tekanan

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 14 Desember 2017 - 16:30 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Harga CPO masih berpotensi bergerak turun pada perdagangan Kamis (14/12/2017) dengan berbagai sentimen negatif.

Beberapa sentimen negatif itu meliputi anjloknya angka ekspor minyak sawit, turunnya harga minyak kedelai dan menguatnya mata uang ringgit.

Sehari sebelumnya, harga CPO ditutup turun 0,6% di level 2.458 ringgit per ton, penurunan ketujuh dari delapan sesi terakhir yang disebabkan oleh investor yang mempertimbangkan rendahnya ekspor.

Societe Generale de Surveillance melaporkan bahwa ekspor untuk periode 1-10 Desember turun 22,9% dari bulan sebelumnya, sementara Intertek Testing Services melaporkan penurunan sebesar 16,6% untuk periode yang sama.

Untuk kontrak minyak kedelai bulan Januari di Chicago Board of Trade kemarin ditutup melemah 0,2%, sedangkan di Dalian Commodity Exchange juga berakhir turun 0,2%.

Ringgit pada pukul 11:48 WIB terlihat menguat 0,25% di level 4,0775. Ringgit yang menguat akan membuat harga minyak sawit menjadi lebih mahal untuk pemilik mata uang lainnya.

"Potensi pergerakan hari ini terlihat di rentang 2.330 - 2.370 ringgit per ton dalam jangka pendek," kata Analis PT Monex Investindo Futures, Faisyal, dalam risetnya di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, jika harga CPO menembus ke bawah level 2.330, maka dapat menguji level support kuat di 2.300, dan sebaliknya jika menembus ke atas level 2.370, harga dapat menguat untuk menargetkan ke area 2.390. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru