Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Minahasa Selatan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Peremajaan Sawit Rakyat Kunci Dongkrak Produktivitas Sawit Nasional 

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 21 September 2018 - 09:30 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (ASPEKPIR) Indonesia siap mendukung program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang digulirkan pemerintah seluas 185 ribu hektare pada tahun ini guna meningkatkan produktivitas sawit nasional.

Ketua ASPEKPIR Indonesia, Setiyono, dalam Konfrensi & Expo Kemitraan Petani Kelapa Sawit di Pekanbaru, Kamis (20/9/2018), mengatakan awalnya pada 1974 hingga 1992-an, pemerintah mengembangkan program perkebunan inti rakyat (PIR) kelapa sawit dengan pola inti plasma, di mana petani menjadi anak angkat atau petani plasma dari sebuah perusahaan sebagai inti. Kemudian pada 1992 hingga 2006 pemerintah mengeluarkan program Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA).

"Artinya jangan pernah melupakan sejarah (Jas Merah) bahwa pengembangan kelapa sawit saat ini berawal dari program PIR dan terbukti memberikan dampak positif juga terhadap negara dan industri," kata Setiyono melalui keterangan tertulisnya.

Dia menyebutkan seluruh petani PIR, baik PIR-Bun, PIR-Trans, ataupun KKPA melebur menjadi satu dalam satu wadah dengan nama ASPEKPIR Indonesia yang kemudian berkomitmen untuk mendukung program PSR.

Menurut Setiyono, dengan bergabungnya petani PIR dan KKPA maka potensi yang dapat diremajakan bisa mencapai 617 ribu hektar sehingga jika pemerintah menargetkan 185 ribu hektare untuk peremajaan kelapa sawit rakyat, hal itu tidaklah sulit.

"Jadi melalui jaringan koperasi-koperasi petani yang ada saat ini bisa digunakan untuk mendorong program PSR," jelas Setiyono.

Sementara itu, Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Togar Sitanggang, mengakui bahwa kemitraan sebagai solusi untuk mendorong program peremajaan yang dimiliki pemerintah saat ini.

Ini karena petani-petani yang tergabung dalam koperasi yang rata-rata petani eks plasma memiliki lahan yang telah clean and clear secara legalitas. Hal tersebut jauh berbeda kondisinya dengan petani swadaya yang rata-rata lahan tersebar secara sporadis. Sehingga pilihannya jatuh pada petani plasma kelapa sawit eks plasma yang sebelumnya telah bermitra dengan perusahaan dan lahannya telah lunas sehingga telah menjadi lahan milik pribadi atau petani itu sendiri.

Jadi mau tidak mau yang didahulukan yaitu petani yang clean and clear untuk lancarnya proses peremajaan sawit rakyat, dan demi peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit milik petani. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru