Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Poso Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Analis: Awan Gelap Gelayuti CPO

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 26 September 2018 - 14:20 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun- Harga minyak sawit mentah (CPO) masih dirundung sentimen negatif dan terbebani kekhawatiran meningkatnya produksi dan persediaan, di tengah penurunan permintaan.

Pada Senin (24/9/2018), harga CPO mengalami penguatan 0,89% ke level US$2.162 per metrik ton. Namun, dalam sepekan, harga CPO masih mencatat penurunan 3,78%.

"Tren bearish memang masih menghantui CPO selama harganya masih bergulir di bawah RM 2.300 per metrik ton. Selain itu, sentimen negatif dari moratorium larangan penggunaan minyak sawit di Amerika Serikat (AS) maupun Amerika Latin juga makin menyudutkan harga komoditas ini," kata analis Asia Trade Point Futures, Deddy Yusuf Siregar, dalam risetnya, Rabu (26/9/2018).

Deddy mengatakan, sampai 2025 diproyeksi produksi kedelai di AS maupun negara-negara Amerika Latin akan melonjak lebih tinggi menjadi 70 juta ton. 

"Sementara produksi CPO secara keseluruhan diprediksi hanya akan mencapai 64 juta ton," papar Deddy.

Untuk diketahui, minyak kedelai merupakan salah satu substitusi minyak sawit. Tingginya produksi kedelai diperkirakan akan makin menghambat tingkat permintaan terhadap minyak sawit.

Bukan hanya tingkat produksi, lanjut Deddy, dari segi luas lahan sektor kedelai pun diperkirakan akan lebih unggul. Di AS dan Amerika Latin, lahan perkebunan kedelai akan mencapai 130 juta hektare. 

"Lahan CPO sendiri secara keseluruhan hanya akan berkisar 19 juta hektar pada 2025 nanti," ujarnya.

Belum lagi sentimen perang dagang juga masih berpotensi menahan laju permintaan CPO. Seperti diketahui, China membatalkan niatnya untuk melanjutkan perbincangan dagang dengan AS. 

Sementara, tarif impor masing-masing negara yang berlaku untuk satu sama lain mulai efektif per 24 September.

Berita Terbaru