Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Rayu Petani Sawit Dapatkan Sertifikasi, Apkasindo Usulkan Insentif   

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 18 Oktober 2018 - 11:40 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) berharap pemerintah memberikan insentif sebagai daya tarik untuk memacu sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) bagi petani swadaya.

"Biaya untuk memenuhi persyaratan-persyaratan ISPO tidaklah murah. Pada kasus sebelumnya misalnya, satu koperasi bahkan harus menghabiskan Rp500 juta untuk pengurusan proses menuju sertifikasi ISPO," kata Wakil Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Rino Afrino, di Jakarta medio pekan ini.

Insentif, menurut Rino, sebagai daya tarik untuk memacu sertifikasi ISPO bagi petani swadaya. Pasalnya, biaya untuk memenuhi persyaratan-persyaratan ISPO tidaklah murah.
 
"Petani sawit menjadi malas untuk mengurus sertifikasi ISPO. Legalitas memang menjadi poin utama dalam masalah sertifikasi ISPO, namun demikian pembiayaan juga menjadi faktor berpengaruh," papar dia.

Terkait dengan isu lingkungan yang ditudingkan Uni Eropa terhadap minyak sawit, hal itu akan teredam jika produk sawit sudah memiliki sertifikat, baik itu ISPO maupun RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).

Seperti diketahui, Uni Eropa telah mengusulkan larangan penggunaan biofuel minyak sawit pada 2020, dan tak dipungkiri hal itu telah menyebabkan kecemasan di kalangan petani kelapa sawit di sejumlah negara penghasil minyak sawit, karena Uni Eropa adalah salah konsumen minyak sawit terbesar di dunia.

Sementara itu, sama dengan Indonesia, Menteri Industri Utama Malaysia Teresa Kok juga mengusulkan penghentian ekspansi perkebunan kelapa sawit di negara itu. Langkah itu disambut baik untuk memadamkan sentimen anti-kelapa sawit.

Adapun tujuan dari penghentian ekspansi lahan sawit itu untuk mendorong industri kelapa sawit Malaysia dapat mencapai 100 persen mendapatkan sertifikasi Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) pada 31 Desember tahun depan. (NEDELYA RAMADHANI/m)
 


TAGS:

Berita Terbaru