Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ritual Adat Mamapas Lewu dan Mapakanan Sahur Salah Satu Destinasi Wisata Kotim

  • Oleh Muhammad Hamim
  • 26 November 2018 - 13:56 WIB

BORNEONEWS, Sampit - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) kembali menggelar kegiatan ritual adat Hindu Keharingan yakni Mapakanan Sahur dan Mamapas Lewu di Taman Miniatur Budaya, Jalan Karang Taruna, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Sampit.

Ritual ini dikemas dengan lebih menarik untuk dijadian sebuah wadah pariwisata di Kotim ini dan dijadikan agenda tahunan. "Ini adalah ritual adat umat Hindu Keharingan, yang harus dilestarikan dan dikemas agar menjadi destinasi wisata," ujar Kadisbudpar Kotim Fajrurrahman, Sabtu (26/11/2018).

Kegiata ini juga memikiki arti tersendiri, bukan hanya kegiatan pemkab yang diselenggarakan tahunan saja. Namun ada makna yang diselipkan di dalamnya. Arti dari Mampakanan Sahur sendiri adalah kelompok roh gaib yang mempunyai kekuatan dan kemampuan supranatural.

Merupakan manifestasi dari kekuasaan Ranying Hattala Langit (Tuhan Yang Maha Esa) yang disebut Tumbang Sahur Bagarantung Langit Tundun Parapah Baratupang Hawun (Sahur Parapah).

Artinya kelompok ini ada di langit, di bumi dan di bawah bumi atau air. Dari sejumlah kekuatan itu masing-masing mempunyai nama, yang di antaranya "Sahuwung Bulau" yang tinggal di langit.

"Jata Kalang Labehu" dan "Naga Galang Petak" yang tingggal di air. Serta "Temanggung Tungku Watu" dan "Kameloh Nyaring Bawin Kalasi" yang tinggal di bumi. Sedangkan Mamapas Lewu merupakan manifestasi tatanan kehidupan masyarakat Dayak dalam berinteraksi dengan komunitas sesama yang merupakan gambaran kehidupan Suku Dayak dalam menjalin persatuan dan kesatuan (Falsafah Rumah Betang).

"Ritual ini juga dipercayai oleh masyarakat Hindu Keharingan sebagai penolak bala dan menghindarkan dari hal yang negatif untuk daerah," ungkapnya.

Sementara itu kemasan dalam ritual adat ini sudah cukup baik dari tahun sebelumnya. Bahkan nantinya pemerintah akan mengundang umat Hindu Keharingan yang ada di pelosok, untuk meramaikan kembali upacara adat tersebut.

"Saat ini hanya warga Hindu Keharingan di beberapa kecamatan saja yang datang. Namun tahun depan akan kami upayakan untuk mendatangkan masyarakat Hindu Keharingan diseluruh kecamatan di Kotim," harapnya. (MUHAMMAD HAMIM/B-6)

Berita Terbaru