Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ketua Apkasindo Kalteng: Kampanye Anti Sawit Terjadi Sejak Tahun 2000

  • Oleh Abdul Gofur
  • 14 Desember 2018 - 18:20 WIB

BORNEONEWS, Kasongan - Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kalimantan Tengah (Kalteng) Karyadi mengatakan, kampanye anti sawit terjadi sejak tahun 2000-an. 

"Bahwasanya per­la­kuan buruk terhadap produk sawit sudah terjadi sejak tahun 2000-an," ujar Apkasindo Kalteng, Karyadi, Sabtu (14/12/2018).

Kampanye anti sawit tersebut seperti penggundulan hutan (deforestasi), praktik industri tidak berkelanjutan (unsustainable) dan pelanggaran HAM dan lainnya.

Sehingga, secara otomatis kebijakan Uni Eropa (UE) mem­buat lemas petani sawit. Gelagat Uni Eropa di samping gencar menyebarkan kam­­panye anti sawit yang mencapai kli­maks dengan kebijakan menyetop im­por produk sawit dari Indonesia. 

De­mi­kian faktor dari negara lain seperti tarif impor India dan efek perang da­gang AS vs Tiongkok.

Efek di la­pa­ngan, kini harga jual tandan buah segar (TBS) sawit di tingkat petani anjlok drastis. Se­mula berkisar Rp1.300 sampai Rp1.500 per kilo­gram kini anjlok menjadi Rp 700 sampai Rp 900 per kilogram.

Petani cuma menerima pendapatan bersih Rp 400-500 per kilogram, dipotong ongkos pa­nen sebesar Rp 200 per kilogram. 

"Ba­yang­kan, ketika harga Rp1.300 per kg dengan mendapat tiga ton petani bisa da­pat laba bersih Rp 3,3 juta se­telah potong ongkos panen. Kini hasil panen tiga ton petani hanya mem­per­oleh hasil bersih antara Rp 700 ribu sampai Rp2 juta. Belum ter­masuk biaya pupuk, pestisida dan pe­rawatan rutin," katanya.

Hal ini tentu, bagi sebagian petani yang mata pencaharian hanya mengan­dal­kan sawit menjadi pukulan telak me­matikan.

"Kepala menjadi pusing tujuh keliling memikirkan strategi lain untuk mencari penghasilan tambahan di luar sawit guna menutupi biaya hidup," imbuh Karyadi yan juga anggota DPRD Katingan ini. (ABDUL GOFUR/B-5)

Berita Terbaru