Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Lombok Utara Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

AEON Jepang Tolak Produk Sawit Tanpa RSPO, Ini Pendapat SSMS

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 16 Februari 2019 - 20:12 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Industri kelapa sawit di Tanah Air kembali menghadapi hambatan baru setelah jaringan supermarket terbesar di Jepang, AEON, mulai menerapkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) bagi perusahaan yang menyuplai minyak kelapa sawit untuk kebutuhan bahan baku barang konsumsi yang dijual.


Dengan adanya aturan baru tersebut, nantinya mulai 2020 hanya perusahaan kelapa sawit yang punya sertifikat RSPO saja yang bisa menyuplai minyak kelapa sawit kepada AEON.

"Kebijakan yang diambil oleh AEON ini sebagai suatu hal yang positif," kata Head of Corporate Secretary PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), Swasti Kartikaningtyas, di Jakarta, Kamis (14/2).

Adanya ketentuan ini, industri kelapa sawit khususnya di Indonesia bisa berkembang dan menjadi industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

"Dengan demikian tentu akan menambah manfaat dari minyak kelapa sawit, meningkatkan kepercayaan akan industri minyak kelapa sawit, menambah permintaan yang juga menambah nilai jualnya," papar Swasti. 

Saat ini, diketahui sebagian besar minyak kelapa sawit yang diproduksi dari lahan yang dimiliki oleh Sawit Sumbermas Sarana telah mengantongi sertifikat RSPO. Ditargetkan pada 2020, seluruh lahan yang dimiliki oleh Sawit Sumbermas Sarana telah mendapatkan sertifikat tersebut.

Sertifikat RSPO dinilai sangat penting mengingat emiten kelapa sawit yang berbasis di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, ini berorientasi ekspor dan masih berupaya merambah negara tujuan ekspor baru melalui roadshow yang akan dilakukan pada kuartal III 2019.

Roadshow itu dilakukan untuk mendongkrak penjualan ke beberapa negara di Asia dan Eropa seperti Laos, Kamboja, Nepal, Myanmar, Uzbekistan, dan Bulgaria.

Asal tahu saja, pada tahun ini Sawit Sumbermas Sarana menargetkan porsi ekspor sebesar 35% dari keseluruhan minyak kelapa sawit yang diproduksi.

Untuk target di akhir 2019, emiten kelapa sawit yang berdiri pada 1995 ini bisa meraih pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit sebesar 23% secara year on year (yoy), serta pendapatan laba bersih sekitar 20% yoy. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru