Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Hulu Sungai Tengah Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pelajar di Desa Ini masih Harus Naik Kelotok untuk Berangkat ke Sekolah

  • Oleh Muhammad Hamim
  • 20 Februari 2019 - 16:20 WIB

BORNEONEWS, Sampit - Hingga saat ini masih ada sejumlah desa di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang terisolasi jalan darat. Kondisi ini membuat para pelajar yang ingin sekolah harus naik kelotok agar sampai ke lembaga pendidikannya.

Seperti di Mentaya Seberang Kecamatan Seranau. Walaupun letaknya berseberangan dengan Sampit tapi daerah ini masih terisolasi. Batas Sungai Mentaya membuat aktivitas masyarakatnya menggunakan transportasi air. Tidak terkecuali para pelajar ingin sekolah ke Sampit. 

"Ada tiga desa yang tidak ada Sekolah Menengah Atas (SMA), yakni Desa Batuah, Kelurahan Mentaya Seberang, dan Desa Seragam Jaya," ujar Camat Seranau Eddy Hidayat Setiadi, Rabu (20/2/2019). 

Hal itu membuat pelajar harus pergi ke daerah lain untuk menuntut ilmu di tingkat SMA. Yang mana ada yang ke Kota Sampit, namun ada juga yang ke SMA PGRI II Terantang. Mereka berangkat dengan menggunakan taksi kelotok. Rata-rata mereka pergi secara rombongan. 

Selain itu, di Pulau Hanaut juga ada beberapa desa yang tidak ada SMA dan harus menggunakan kelotok untuk bersekolah di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Yakni di Desa Bapinang Hulu, Desa Penyaguan, Desa Babaung dan Desa Bapinang Hilir.

"Pelajar di empat desa tersebut harus menggunakan kelotok jika melanjutkan sekolah ke SMA. Karena memang di daerah itu tidak ada SMA," terang Camat Pulau Hanaut Eddy Mashami, Rabu (20/2/2019). 

Seharusnya, kata dia, kondisi ini menjadi perhatian pemerintah baik daerah, provinsi, maupun pemangku kebijakan lainnya. Karena sebelumnya sudah terjadi kecelakan. Yaitu adanya musibah kelotok karam di Sungai Mentaya, yang membawa pelajar SMA PGRI II Terantang.  (MUHAMMAD HAMIM/B-5) 

Berita Terbaru