Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Pacitan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pasar CPO Siap Menyambut Prospek Cerah 

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 15 April 2019 - 14:40 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Pasar minyak sawit akan mulai bergairah dalam beberapa bulan ke depan, terlebih segera datangnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang diyakini akan meningkatkan permintaan.

Menipisnya stok minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia dan Malaysia serta minyak nabati lain di beberapa negara produsen, telah mendorong kenaikan harga CPO secara global. 

Harga CPO global secara rata-rata bulanan menguat 5% dari US$530,70 per metrik ton (MT) pada Januari menjadi US$556,50 per MT pada Februari.

"Harga CPO global bergerak pada kisaran US$542,50 dan US$572,50 per MT," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sardjono, di Jakarta akhir pekan ini.

Menurut Mukti, kinerja ekspor CPO dan produk turunannya, biodiesel serta oleochemical pada Februari menurun lebih dari 11% dibandingkan bulan sebelumnya dari 3,25 juta MT menjadi 2,88 juta MT. 

"Penurunan volume ekspor ini dikarenakan bulan Februari lebih pendek dari pada Januari," papar dia.

Berdasarkan data GAPKI, negara-negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia, khususnya CPO dan produk turunannya, yang turun signifikan adalah ke AS sebesar 48%, Pakistan 41%, China 22%, Afrika 16%, dan India 14,5%.

"Sebaliknya, ekspor ke negara tujuan lain justru mencatatkan kenaikan, seperti Uni Eropa sebesar 27% dan Bangladesh 8%," ujar Mukti.

Rencana pembatasan dan pelarangan CPO untuk biodiesel oleh Uni Eropa (UE) merupakan klimaks dari kampanye negatif yang dilancarkan negara-negara maju selama ini. Komisi Eropa menyimpulkan sekitar 45% ekspansi perkebunan sawit sejak 2008 telah menyebabkan kerusakan hutan, lahan basah (gambut), dan pelepasan gas rumah kaca (GRK).

Padahal, hasil penelitian International Energy Agency (IEA), Food and Agriculture Organization (FAO), dan International Plant Protection Convention (IPPC) menyebutkan, penyebab utama pemanasan global adalah konsumsi bahan bakar fosil (terutama minyak bumi dan batu bara). Konsumen terbesar bahan bakar fosil adalah negara-negara maju.

Berita Terbaru