Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Kepahiang Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

RI-Malaysia Harus Bersatu Redam Volatilitas Harga CPO

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 22 April 2019 - 06:20 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Pergerakan harga minyak sawit mentah (CPO) yang tak stabil belakangan ini harus diatasi bersama oleh Indonesia dan Malaysia sebagai produsen CPO terbesar dunia. 

Ketua Council of Eminent Persons Malaysia, Tun Daim Zainuddin, mengatakan karena Malaysia negara kecil dengan 80 persen CPO dan produk berbasis sawit diekspor, maka penting bagi negeri ini untuk bekerjasama dengan Indonesia untuk mengatasi tantangan dari Uni Eropa dan dampak dari perang dagang AS versus China. 

“Kami harus bekerjasama dengan Indonesia karena Malaysia sendiri adalah negara kecil dengan 31 juta orang penduduk pada 2017, dan dengan Indonesia yang berpenduduk 264 juta orang, kami bisa mengatasi segala tantangan itu bersama,” ujar Daim kepada Bernama akhir pekan lalu. 

Dengan harga CPO dipengaruhi oleh pasar, menurut dia, hal itu adalah normal. Tapi dengan meningkatnya tantangan dari UE dan kisruh dagang antara AS dengan China, sebagai dua negara produsen minyak sawit terbesar sejagat, maka kedua negara ini perlu bertindak cerdas. 

Daim menyebutkan meski potensi meredanya ketegangan antara AS dan China merupakan berita baik, tapi negara produsen sawit harus waspada dengan dampak dari terselesaikannya ketegangan antara kedua raksasa ekonomi dunia itu. 

Pada Maret tahun lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif hingga 25 persen atas priduk yang diimpor dari China, yang dibalas oleh Negeri Panda dengan pengenaan tarif yang sama terhadap produk Amerika, termasuk kedelai yang merupakan komoditas pertanian penting bagi Negeri Paman Sam. 

Kondisi itu jelas membuka peluang lebih besar bagi minyak masak, termasuk minyak sawit, masuk ke pasar China. 

“Tapi jangan bereaksi ketika sudah terlalu terlambat, sebab itu bisa memengaruhi pasar kita dan petani kecil,” imbuhnya. 

Adapun China adalah konsumen CPO terbesar ketiga dunia setelah India. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru