Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Trenggalek Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Masa Suram Bagi Emiten Perkebunan 

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 15 Mei 2019 - 10:15 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Jatuhnya harga minyak sawit mentah (CPO) yang kini di bawah RM2.000 per ton jelas memukul kinerja perusahaan perkebunan kelapa sawit serta petani sawit. 

Dengan berada di level RM1.985 per ton seperti sekarang ini, maka harga sudah mendekati level terendah dalam enam bulan terakhir. 

Maybank Research dalam risetnya medio pekan ini, menyebutkan bahwa banyak perusahaan sawit, terutama di Malaysia, yang akan terus tertekan kinerjanya, utamanya dengan harga jual rata-rata CPO yang turun 19% y-o-y. 

Sedangkan perusahaan perkebunan terintegrasi memiliki nasib relatif lebih baik karena mereka akan mendapatkan keuntungan dari rendahnya biaya untuk pembelian bahan baku. 

“Dengan harga spot CPO saat ini sedikit di atas biaya, kami memperkirakan akan ada penurunan pendapatan signifikan pada kuartal pertama bagi kebanyakan perusahaan perkebunan," sebut Maybank Research. 

Rendahnya harga CPO dan kebijakan agresif pemerintah Malaysia, seperti mandatori biodiesel B10, diharapkan dapat mendongkrak harga CPO. Sedangkan berkurangnya padokan kedelai ke China, salah satunya akibat penerapan bea masuk 25% atas kedelai dari AS, sepertinya akan meningkatkan permintaan minyak sawit, kata analis CGSCIMB, Ivy Ng. 

Dalam risetnya, Ng mengatakan meningkatnya permintaan dari China dan India telah mendorong ekspor CPO tumbuh 2% month-on-month (m-o-m) dan 8% year-on-year (y-o-y) menjadi 1,65 juta ton pada April. Angka ini sedikit lebih tinggi dari estimasi sebesar 1,63 juta ton. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru