Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

CPO RI Bisa Masuk Norwegia, Asalkan...

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 01 Juli 2019 - 11:30 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Ada pernyataan melegakan dari Norwegia terkait komoditas andalan Indonesia, yakni minyak sawit, yang belakangan ini semakin dipersulit masuk ke kawasan Uni Eropa.  

Adalah Kedutaan Besar RI untuk Kerajaan Norwegia yang menyatakan Norwegia tidak pernah menolak masuknya minyak sawit dari Indonesia. Namun perlu memastikan bahwa produk CPO yang dihasilkan telah melalui proses berkelanjutan.

"Tidak ada pernyataan atau aturan di Kerajaan Norwegia yang melarang masuknya minyak sawit dari Indonesia," kata Duta Besar RI untuk Kerajaan Norwegia Todung Mulya Lubis di Oslo, melalui keterangan resmi yang diterima akhir pekan lalu.

Todung menegaskan hal ini terkait resolusi parlemen Uni Eropa yang menetapkan kebijakan RED II (renewable energy directive) di mana dalam delegated act tersebut memasukkan perhitungan ILUC (indirect land use change). Upaya ini dinilai sebagai bentuk baru diskriminasi sawit oleh Uni Eropa.

Saat memberikan sambutan dalam Seminar Sawit yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar RI di Oslo, Jumat (28/6/2019), Todung menegaskan peran strategis industri sawit dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs).

Industri sawit, kata dia, menjadi sandaran kehidupan bagi 20 juta masyarakat Indonesia. Ada 4,2 juta pekerja langsung di sektor kelapa sawit dan 2,4 juta petani sawit.

Sementara itu, Penasihat Politik Menteri Lingkungan Hidup dan Iklim Norwegia, Marit Vea, menegaskan hal yang sama. Pemerintah Norwegia tidak melarang masuknya produk minyak sawit dari Indonesia.

"Tetapi apakah sudah dihasilkan melalui pendekatan yang sesuai. Kami akui minyak sawit sangat penting bagi perekonomian Indonesia," kata Vea.

Oleh karena itu, Indonesia dan Norwegia perlu mencari jalan keluar bersama agar industri sawit juga berperan dalam mereduksi emisi karbon dan mengurangi laju deforestasi. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru