Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Menilik Kinerja Astra Agro Lestari Tahun Ini

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 30 Juli 2019 - 08:42 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun -  Emiten perkebunan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk. berupaya menurunkan biaya produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sekitar 16,66% menjadi Rp5.000 per kg pada kuartal III tahun ini.

Untuk biaya produksi CPO perseroan sekitar US$400 per ton atau Rp6.000 per kg. Perusahaan dengan kode emiten AALI ini menargetkan bisa mengurangi biaya produksi. 

AALI menargetkan bisa memproduksi 1,8 juta ton CPO yang terdiri atas 1 juta ton CPO dari kebun sendiri dan sisanya beli dari luar. Dari produksi itu, 70% akan diekspor sedangkan 30% akan dijual untuk pasar lokal.

Diproyeksikan pada semester kedua, pasar CPO akan jauh lebih baik. Pasalnya, sampai dengan Juli curah hujan masih rendah, kemungkinan ledakan produksi seperti 2018 di mana jumlah CPO melonjak sampai 5 juta ton tidak akan terjadi.

Ledakan produksi adalah salah satu penyebab industri minyak sawit goyang. Pasalnya, produsen kesulitan mencari pasar baru ditambah dengan memanasnya perang dagang antara China dan Amerika Serikat.

Saat ini, AALI tengah menjajaki pasar baru, seperti Pakistan dan wilayah Timur Tengah. Perseroan membukukan pendapatan Rp4,23 triliun pada kuartal I/2019 turun 4,79% secara tahunan. Rinciannya, pendapatan dari segmen minyak sawit mentah dan turunannya senilai Rp3,81 triliun, inti sawit dan turunannya Rp370,66 miliar, dan pemasukan lain Rp50,54 miliar.

Sedangkan Kepala Riset Narada Asset Management, Kiswoyo Adi Joe, mengatakan emiten ini masih bisa menjual CPO ke Malaysia mengingat adanya implementasi kebijakan porsi biodiesel sebesar 10% dalam campuran bahan bakar minyak (BBR) atau B-10 di negara tersebut.

"Di samping itu, permintaan CPO dalam negeri masih tergolong besar. Apalagi, di tahun ini pemerintah berencana memberlakukan mandatori biodiesel 30% atau B-30 dan penerapan kebijakan ini dinilai dapat menggantikan potensi penurunan permintaan CPO dari Uni Eropa," katanya dalam risetnya.
 
Hanya saja ia mengakui, kebijakan-kebijakan yang disebut tadi belum tentu berdampak signfikan terhadap pergerakan CPO di pasar. 

"Artinya kalau harga CPO masih tetap dalam tren melemah, sulit bagi AALI untuk mencetak kinerja yang cemerlang," papar Kiswoyo.

Berita Terbaru