Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Sensasi Bantaran Sungai Arut, dari Bejaja Wadai hingga Lorong Rindu

  • Oleh Advertorial
  • 27 Agustus 2019 - 14:30 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Bantaran Sungai Arut yang menjadi kawasan water front city Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, kini masuk dalam jajaran objek wisata yang patut diperhitungkan. Beragam aktivitas yang berlangsung mampu menyedot perhatian masyarakat dan wisatawan. 

Apalagi, masyarakat di beberapa kelurahan yang berada di sekitar proyek water front city yaitu Kelurahan Mendawai dan Kelurahan Raja terus berinovasi menghidupkan spot wisata baru di Kabupaten Kotawaringin Barat. 

Beberapa yang menjadi daya tarik wisatawan di antaranya Kampung Pelangi atau Kampung Sega yang berada di Kelurahan Mendawai, aktivitas Bejaja Wadai dan Lorong Rindu yang ada di Kelurahan Raja. Bahkan, Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran pun beberapa kali mengunjungi water front city.

Masyarakat berkunjung ke Kampung Pelangi saat berlangsungnya Bejaja Wadai
Masyarakat berkunjung ke Kampung Pelangi saat berlangsungnya Bejaja Wadai. DOK BORNEONEWS

Terbaru atau tepatnya 11 Agustus 2019, gubernur didampingi istrinya menikmati suasana romantis di Kampung Rindu yang terletak di bantaran Sungai Arut, tepatnya di Kelurahan Raja. Kampung Rindu menjadi tempat romantis saat malam hari, karena kampung itu dihiasi lampu-lampu yang gemerlap indah membentuk lorong atau akrab disapa dengan Lorong Rindu.

Selain menyuguhkan suasana romantis, setiap bulan juga digelar Bejaja Wadai atau berjualan kue. Bukan sembarang kue yang dijual, tapi khusus kuliner tradisional. Bejaja Wadai ini sangat dinanti masyarakat karena hanya digelar sebulan sekali pada Sabtu pekan pertama pada sore hari.  

Bergeliatnya aktivitas di bantaran Sungai Arut ini seiring visi misi kepemimpinan Nurani (Nurhidayah - Ahmadi Riansyah) untuk menggerakkan sektor pariwisata. Alhasil, perekonomian masyarakat di sekitar bantaran Sungai Arut pun mulai bergeliat. 

Bupati Kotawaringin Barat Hj Nurhidayah mengatakan, salah satu yang terimbas adalah motoris kelotok. 

Bupati Kobar Nurhidayah dan suami H.M Ruslan AS membuka Festival Keriang Keriut, 31 Mei 2019. DOK BO
Bupati Kobar Hj Nurhidayah dan suami H.M Ruslan AS membuka Festival Keriang Keriut, 31 Mei 2019. DOK BORNEONEWS

"Saya juga mendapatkan laporan, penarik kelotok serta pedagang makanan yang berasal dari masyarakat setempat, pendapatan mereka dalam satu kali berjualan bisa dikatakan cukup besar. Lantaran banyaknya masyarakat yang mengunjungi kawasan pinggiran Sungiai Arut untuk nongkrong menikmati suasana dan menikmati keindahan sungai dengan getek," jelas Bupati, baru-baru ini.

Bahkan, lanjut Bupati, di Kelurahan Raja Seberang saat ini juga sudah mulai dirintis pengembangan homestay guna mengakomodir para turis. "Saya juga mendapatkan laporan, sejak dimulai water front city hingga sekarang, sekitar 300 wisatawan mancanegara sudah mulai menginap di homestay milik masyarakat," jelas Bupati.

Bupati Kobar Nurhidayah saat melepas peserta Takbiran on the River. DOK BORNEONEWS
Bupati Kobar Nurhidayah saat melepas peserta Takbiran on the River. DOK BORNEONEWS

Bupati berharap, keberadaan water front city tersebut bisa bermanfaat terhadap perekonomian masyarakat. "Bisa dikatakan saat ini progres peningkatan ekonominya sudah 30 persen," jelas Bupati. 

Guna mewujudkan harapan itu, serangkaian kegiatan di Bantaran Arut juga terus digelar. Seperti yang pernah berlangsung yakni Festival Kriang Kriut, Takbiran On The River, dan Festival Batang Arut.

Festival Kriang Kriut merupakan tradisi dan budaya masyarakat Kotawaringin Barat, khususnya warga yang tinggal di bantaran sungai. Festival ini menggunakan penerang bernahan api. Selain itu, ada meriam bambu atau ladupan. (ADV)

Berita Terbaru