Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Dipakai Ponsel Hingga Mobil, Penemu Baterai Lithium-ion Sabet Nobel

  • Oleh ANTARA
  • 10 Oktober 2019 - 08:20 WIB

Jakarta, (ANTARA) - Penemu baterai lithium-ion, John Goodenough, Stanley Whittingham, dan Akira Yoshino mendapat hadiah Nobel Chemistry 2019. Ketiganya menciptakan revolusi teknologi penyimpanan daya pada baterai lithium-ion yang sangat berguna untuk kehidupan modern.

"Mereka menciptakan dunia yang dapat 'diisi ulang'," demikian pengumuman Royal Swedish Academy Sciences, Stockholm, dilansir AFP, Rabu (9/10).

Ketiga penemu baterai lithium-ion itu mengubah dunia hanya kurang dari tiga dekade.

Masyarakat modern tidak dapat terlepas dari penggunaan baterai lithium-ion, mulai dari gadget, perangkat perkantoran, kedokteran dan rumah tangga, hingga kendaraan listrik.

"Lebih dari dua pertiga populasi dunia memiliki gadget baik itu smartphone, laptop atau tablet. Dan, hampir semuanya ditenagai oleh baterai lithium-ion yang dapat diisi ulang. Mereka bekerja dalam diam di era ponsel," ujar Paul Coxon, perwakilan Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Metalurgi Universitas Cambridge kepada AFP.

Baterai lithium-ion bentuknya kecil, tapi berpengaruh pada mobilitas manusia. Baterai itu membuat jutaan orang di negara-negara berkembang dapat mengakses informasi dan layanan daring hanya lewat ketukan ponsel.

Di sektor otomotif yang sedang berkembang, lithium-ion menjadi solusi untuk keluar dari ketergantungan pada bahan bakar minyak melalui program mobil listrik yang diterapkan di banyak negara.

"Penerapan sains yang praktis untuk kepentingan kemanusiaan, sains yang begitu mendasar untuk digunakan langsung oleh tangan Anda," kata Coxon. "Saya benar-benar sedang memegang ponsel sekarang."
 

Perubahan penting

Perubahan penting pada baterai lithium-ion adalah daya yang dapat diisi ulang dan berbeda dengan baterai model timbal yang dikembangkan pada pertengahan abad ke-19. Lithium-ion lebih kecil, lebih ringan, lebih tahan lama, dan lebih kuat.

Baterai mobil listrik "tidak berbobot dua ton tetapi 300 kilogram," kata Sara Snogerup Linse, profesor kimia fisik dan anggota Komite Nobel untuk Kimia.

Sistem kerja baterai lithium-ion adalah ion yang terisi listrik bergerak dalam baterai di antara dua elektroda, anoda dan katoda.

Reaksi kimia yang terjadi pada masing-masing elektroda menciptakan penumpukan elektron pada salah satu ujungnya. Elektron itu berusaha menyeimbangkan diri sehingga bergerak melalui rangkaian di dalam baterai kemudian mengeluarkan energi listrik.

Elektroda positif terbuat dari komposit lithium, atau logam paling ringan yang ditemukan manusia dan menjadi kunci keberhasilan itu, menurut Olof Ramstroem, seorang anggota komite Nobel.

Berita Terbaru