Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Manggarai Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Sri Mulyani Berharap Keputusan Donald Trump dengan China Selamatkan Neraca Perdagangan Indonesia

  • Oleh Tempo.co
  • 15 Oktober 2019 - 17:36 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap kondisi neraca perdagangan Indonesia membaik. Di antaranya dengan adanya keputusan Presiden AS Donald Trum dan China.

"Harapan sekarang ini semoga ada keputusan interim antara Trump (Presiden AS Donald Trum) dan RRT (China). Mungkin ini juga akan memberikan dampak positif. Sehingga nanti kita lihat ya," ujar Sri Mulyani di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Senin, 14 Oktober 2019.

Pada impor, Sri Mulyani melihat adanya pelemahan pada kondisi kegiatan di dalam negeri. Ia meyakini angka impor akan sejalan dengan tren tersebut.

"Impor ini juga menunjukkan leading indikator, jadi yang selama ini sudah negatif itu menggambarkan mereka juga akan mengurangi stok atau mungkin juga pengaruhnya kepada growth," tutur dia. "Jadi nanti kita lihat dari sisi neraca perdagangannya."

Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah tidak melakukan proyeksi terhadap hasil neraca perdagangan September 2019 yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik pada hari ini, Selasa, 15 Oktober 2019. Ia hanya menyebut perkembangan perekonomian global masih diliputi ketidakpastian.

"Kita sendiri di dalam negeri, Kita lihat dari komponen-komponen yang terpengaruh oleh dinamika global itu ekspor impor kita," kata Sri Mulyani.

Badan Pusat Statistik atau BPSsebelumnya mencatat posisi neraca perdagangan pada Agustus 2019 mengalami surplus sebesar US$ 85,1 juta atau US$ 0,08 milIar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan neraca perdagangan terpengaruh oleh turunnya nilai impor migas dan non-migas yang tajam sepanjang Agustus.  “Ekspor memang turun turun, tapi impor turun lebih tajam,” ujar Suhariyanto di kantornya, Jakarta Pusat, Senin, 16 September 2019. 

Secara kumulatif neraca perdagangan sepanjang Januari hingga Agustus masih mengalami defisit US$ 1,81 miliar. (Teras.id)

Berita Terbaru