Aplikasi Pilgub (Pemilihan Gubernur) Propinsi Sulawesi Utara Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ekonom: RI Harus Masukkan Sawit dalam Perundingan dengan UE

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 22 November 2019 - 06:36 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Pemerintah Indonesia diminta menyertakan komoditas sawit dalam perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA).

"Menurut saya, CPO (sawit) harus ada di meja perundingan. Kalau alot, lebih baik ditunda dulu IEU-CEPA itu. Jadi, lebih baik kepentingan CPO diutamakan, karena itu adalah salah satu komoditas unggulan yang sebenarnya bisa memenangkan banyak hal ketika IEU-CEPA berlaku," ujar ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira di Jakarta, Kamis (21/11/2019). 

Menurut dia, komoditas ekspor nasional yang besar saat ini salah satunya adalah sawit, sehingga Indonesia harus memprioritaskan komoditas sawit dalam pembahasan perjanjian IEU-CEPA.

Bhima mengingatkan pemerintah agar tidak terpengaruh dengan permintaan atau desakan pengusaha yang menginginkan agar proses negosiasi IEU-CEPA ini dipercepat dengan meninggalkan sawit dalam agenda pembahasan.

"Jika mereka tetap memaksakan untuk meninggalkan sawit dalam proses perundingan itu, sebaiknya IEU-CEPA ditunda dulu," katanya.

Menurut dia, jika sawit tidak dimasukkan dalam pembahasan ini, Indonesia akan banyak dirugikan, sebaliknya, Uni Eropa (UE) diuntungkan dengan perjanjian tersebut.

Volume ekspor ke Benua Biru yang diharapkan akan meningkat dengan pemberlakuan perjanjian dagang tersebut dipastikan tidak akan menjadi kenyataan, tambahnya.

Sebaliknya, lanjut Bhima, Indonesia hanya akan dijadikan pasar produk-produk Eropa seperti peternakan, pertanian, hingga mesin pesawat terbang yang saat ini telah siap masuk Indonesia.

"Jika demikian neraca perdagangan Indonesia-Eropa dipastikan akan defisit, khususnya di sektor pertanian. Ini menjadikan kondisinya akan semakin buruk dibandingkan dengan sebelum perjanjian IEU-CEPA diberlakukan," katanya.

Ketua Dewan Penasehat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi mengatakan UE mengetahui bahwa Pemerintah Indonesia berkepentingan memasukkan sawit sebagai komoditas utama yang akan dinegosiasikan dalam perjanjian IEU-CEPA.

Berita Terbaru