Aplikasi Pilwali (Pemilihan Walikota) Kota Bontang Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

SDM Unggul Sebagai Kekuatan Daya Saing Bangsa

  • Oleh Penulis Opini
  • 28 November 2019 - 20:06 WIB

BORNEONEWS - Persaingan pasar global tidak saja didominasi kemampuan suatu negara dalam melakukan ekspansi sumber daya alam dan volume produksi.

Namun saat ini dengan perkembangan era revolusi Industri 4.0 yang begitu cepat, pasar global membutuhkan SDM berkualitas high-tech berbasis generasi milenial.

SDM unggul saat ini menjadi faktor pengungkit kecepatan berinovasi kekuatan ekomomi makro suatu negara.

Fenomena di sejumlah negara-negara dikenal Macan Asia percepatan pembangunan high-tech selalu didukung maksimal dengan jumlah enginerr yang terus mengalami peningkatan.

Pertanyaan adalah mengapa jumlah enginerr di Indonesia tidak turut meningkat, ketika Asia kian gegap gemita dengan percepatan pembangunan industri high-technya. Bagaimana hal itu berkorelasi terhadap kian turunnya daya saing negeri ini.

Sangat menarik untuk digarisbawahi ketika Presiden Jokowi dalam momentum 17 Agustus 2019 menegaskan kita butuh ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat kita bisa melompat dan mendahului bangsa lain.

Kita butuh terobosan, jalan pintas yang cerdik, yang mudah, yang cepat. Kita butuh SDM-SDM unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila. Di sisi lain kita juga menghadapi persoalan kompetensi secara makro.

Berdasarkan riset ASO College Group dari Jepang, pada tahun 2015, ketersedian sarjana teknik di Indonesia sebanyak 37.000 orang per tahun. Padahal, setiap tahun idealnya dibutuhkan sekitar 57.000 orang.

Sementara itu, pada periode 2015-2020 diperkirakan dibutuhkan rata-rata 90.500 per tahun. Artinya Indonesia membutuhkan tambahan sumber daya muda untuk mengejar ketertinggalan itu.

Posisi mereka sebagai kunci penggerak utama dunia industri. Tanpa kita sadari lompatan sejumlah negara Asia yang semakin cepat telah menurunkan aktivitas nilai tambah di wahana industri dalam negeri, tenaga ahli dan tenaga kerja terampil yang berpotensi besar kehilangan kesempatan untuk mengambil momentum evolusi proses desain, rekayasa dan manufaktur.

Berita Terbaru