Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Solok Selatan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

GAPKI: Pakistan Pasar Strategis Produk Sawit RI

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 13 Januari 2020 - 11:06 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun -  Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sarjono, di sela Konferensi Sawit Internasional Pakistan Edible Oil (PEOC ) 2020 di Karachi, Pakistan, akhir pekan lalu, mengatakan Pakistan adalah importir minyak sawit Indonesia terbesar keempat setelah India, China dan Uni Eropa, dengan total volume ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tersebut mencapai 2,5 juta ton pada 2018. 

"Di tengah tekanan dan diskriminasi dagang dari Uni Eropa terhadap komoditas minyak sawit, Asia Selatan adalah pasar strategis yang harus dijaga. Selain Pakistan, tentu saja India dan Bangladesh," kata Mukti melalui keterangan tertulisnya. 

Mukti juga menyampaikan kondisi pasar India. Sebagai pasar ekspor minyak sawit Indonesia terbesar, ada penurunan tren volume ekspor ke Negeri Hindustan itu. 

Pada 2017, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India mencapai 7,6 juta ton, namun pada 2018 turun menjadi 6,7 juta ton.

"Ini mengkhawatirkan karena sampai Oktober 2019, volume ekspor baru mencapai 3,7 juta ton," katanya. 

Mukti menilai penurunan ekspor produk minyak sawit tersebut tidak lepas dari kebijakan bea masuk di India yang mengenakan tarif lebih tinggi terhadap minyak sawit Indonesia daripada dari Malaysia.

"Ini membuat sawit kita kalah kompetitif dengan Malaysia. Tetapi kebijakan tersebut sudah diubah dan saat ini kita sudah dikenakan tarif yang sama dengan Malaysia," ujarnya.

Tren ekspor minyak sawit ke India pada Oktober 2019 naik, terlebih lagi pada akhir tahun 2019 menyusul pemerintah India yang mengeluarkan kebijakan penurunan impor tarif produk kelapa sawit.

Mukti menyatakan, hal itu memberikan sinyal positif bagi produk minyak sawit Indonesia, namun dia menyayangkan pada awal 2020 India mengeluarkan kebijakan melarang impor produk olahan minyak sawit.

"Dua kebijakan tersebut saling bertentangan. Dan kebijakan pelarangan impor produk olahan minyak sawit dapat merugikan ekspor produk olahan minyak sawit Indonesia," katanya.

Berita Terbaru