Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Halmahera Barat Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pakta Fase I dengan China Jadi Amunisi Trump di Pilpres 2020

  • Oleh Inilah.com
  • 18 Januari 2020 - 10:10 WIB

INILAHCOM, London - China kemungkinan akan melakukan bagiannya untuk menjunjung tinggi komitmen dalam kesepakatan perdagangan "fase satu" dengan AS, menurut sebuah laporan oleh konsultan yang berbasis di London TS Lombard.

"Beijing diinvestasikan dalam kesepakatan sejauh ini karena membantu dorongan kepemimpinan untuk menstabilkan ekonomi dan meningkatkan kepercayaan pasar. Pada saat yang sama, pihaknya berharap untuk pengembalian tarif lebih lanjut pada waktunya," kata Eleanor Olcott, analis kebijakan China di perusahaan itu, menulis dalam laporan seperti mengutip cnbc.com.

Secara khusus, Olcott mengatakan China bersedia dan mampu untuk tetap meningkatkan impor dari AS dan menjaga yuan China stabil. Dia menambahkan bahwa ini akan memastikan kesepakatan itu berlangsung hingga pemilihan presiden AS pada bulan November.

Presiden AS, Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China, Liu He menandatangani perjanjian parsial pada hari Rabu di Washington. Itu terjadi setelah perang dagang yang berlangsung lebih dari dua tahun. Mereka saling menaikkan tarif tinggi satu sama lain.

Kesepakatan itu termasuk China meningkatkan pembelian barang dan jasa AS setidaknya US$200 miliar selama dua tahun. Beijing juga harus "menahan diri dari devaluasi kompetitif" mata uangnya, menurut dokumen resmi.

Olcott mengatakan beberapa pemulihan dalam ekspor Tiongkok dan melanjutkan aliran masuk yang kuat ke sekuritas China dapat membantu Beijing menjaga yuan stabil, sebagaimana diamanatkan dalam kesepakatan.

Di pihak AS, Trump dapat menunjuk pada tarif yang tersisa untuk barang-barang Tiongkok "sebagai bukti bahwa ia mempertahankan tekanan terhadap Beijing," tambah Olcott.

Beberapa analis lain, bagaimanapun, telah skeptis bahwa China dapat memenuhi tawarannya. Deborah Elms, direktur eksekutif di Asian Trade Center, mengatakan kepada CNBC sebelum penandatanganan perjanjian bahwa Cina dapat menghadapi kesulitan meningkatkan impornya dari AS karena mungkin harus menggandakan pembelian beberapa produk.

Analis dari perusahaan jasa keuangan Daiwa Capital Markets setuju bahwa ada "kemungkinan bagus bahwa China akan gagal memenuhi harapan, baik karena standar terlalu tinggi atau rekam jejak menunjukkan bahwa penegakan hukum itu rumit."

"Dalam hal itu, akan relatif mudah bagi Trump untuk kembali ke daftar periksa lagi, mengenakan tarif baru dan / atau meminta lebih banyak konsesi," tulis analis Daiwa dalam catatan Kamis. "Ketika kampanye presiden mulai bergulir, kartu China adalah kartu yang mudah, dan layak dimainkan berulang-ulang."

INILAHCOM

Berita Terbaru