Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

LSM, Industri Sawit dan Negara: Catatan Kecil dari Medan Laga

  • Oleh Penulis Opini
  • 30 Januari 2020 - 21:55 WIB

Beberapa tahun terakhir ini, langkah Parlemen Uni Eropa terhadap Indonesia: dengan mengeluarkan resolusi soal sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit karena dinilai masih menciptakan banyak masalah dari deforestasi, korupsi, pekerja anak, sampai pelanggaran HAM, sungguh memprihatinkan kalangan LSM, dunia usaha dan negara kita.

Betapa tidak. Selama dua dekade terakhir, menurut catatan Sawit Watch, luas perkebunan sawit di Indonesia meningkat tajam dari beberapa ribu hektar di tahun 1989 menjadi 9,4 juta hektar pada 2011. Luasan ini diperkirakan mendekati 10 juta hektar pada Maret 2012. 

Dua puluh tahun lalu, perkebunan sawit masih sangat kecil dan hanya terkonsentrasi di wilayah Sumatera Utara. Kemudian perkebunan sawit meluas dan memadati seluruh pantai timur, sedikit pantai barat Sumatera, Kalimantan (terutama di bagian barat, tengah, dan sepanjang perbatasan dengan Malaysia Timur), Sulawesi (barat dan tengah), serta belakangan di bagian selatan Papua.

Namun, selain validitas dan reliabilitas, para peneliti di Indonesia umumnya mengeluhkan akurasi data. Kalau kita tengok data luasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, kita akan menemukan data yang beragam. 

Pertanyaannya: data mana yang lebih akurat, lebih valid, dan lebih menunjukkan kenyataan lapangan

Data Dirjenbun menunjukkan bahwa luasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah 8,1 juta  (Dirjenbun 2012), data lain menunjukkan luasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah 11,5 juta Ha (Sawit Watch, 2012).

Bila kita lihat, dua data tersebut mempunyai perbedaan yang sangat signifikan, bagaimana mengecek keakurasian dua data tersebut Basis  dua  data tersebut hanyalah tabel angka. Yang pastinya, akan lain bilamana berbentuk suatu peta data tersebut.

Indonesia sebagai penghasil tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan produksi crude palm oil (CPO) terbesar di dunia, luas areal dan produksi kelapa sawit berdasarkan publikasi dari data statistik Direktorat Jenderal Perkebunan adalah seluas 10.465.020,00 ha dengan produksi 27.782.004,00 ton pada tahun 2013 yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, penyebaran paling banyak adalah di daerah Sumatera dan Kalimantan. 

Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu dari tujuh provinsi sentra produksi kelapa sawit di Indonesia dan menempati urutan keempa) setelah Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Utara, dan Provinsi Sumatera Selatan.  Sekitar 10,50% luas perkebunan kelapa sawit dan 11,25% produksi kelapa sawit di Indonesia terletak di provinsi ini, share lahan dan produksi mencapai 7,92%. 

Diperkirakan dengan adanya rencana pemerintah membangun sepanjang 850 km perkebunan kelapa sawit di sepanjang perbatasan Indonesia dan Malaysia maka pada tahun 2020 diprediksikan terjadi peningkatan share lahan dan produksi kelapa sawit di Kalimantan Tengah.

Berbagai kemajuan pesat sekarang ini telah diperoleh Provinsi Kalimantan Tengah dari pengembangan perkebunan kelapa sawit, diantaranya kontribusinya dalam PDRB dan pendapatan asli daerah provinsi dan kabupaten, terutama kontribusi dari PBB/BPHTP/Retribusi dan berkembangnya sektor jasa (seperti perdagangan, transportasi dan telekomonikasi), pemanfaatan lahan serta membuka isolasi daerah. 

Secara global, industri kelapa sawit sekarang ini merupakan bisnis besar, dan Indonesia merupakan produsen komoditi sawit yang terbesar di dunia. Industri ini telah meluas secara eksponensial selama 15 tahun terakhir, di mana sekitar sembilan juta hektar hutan hujan tropis dan lahan-lahan gambut telah berubah menjadi perkebunan sawit. Luasan perkebunan sawit di Indonesia ini diperkirakan akan meningkat hingga 13 juta hektar pada 2020. 

Peneliti The Institute for ECOSOC Rights & NHCR, Sri Palupi mencatat, Indonesia menghasilkan lebih dari 31 juta ton minyak kelapa sawit pada 2013, sebagian besar di antaranya untuk keperluan ekspor, dan merupakan penghasil devisa paling penting bagi Indonesia di samping sektor ekstraktif.

Industri sawit sangat penting bagi ekonomi negara karena peranannya dalam menyediakan lapangan pekerjaan, menjadi sumber pendapatan bagi jutaan warga Indonesia, dan menyediakan sumber penghasilan  vital bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Yang harus dicamkan dan digarisbawahi, di atas cerita kesuksesan sawit, peneliti The Institute for ECOSOC Rights & NHCR, Sri Palupi mengungkapkan gambaran muram bahwa ternyata ekonomi para petani kelapa sawit di Indonesia sangat rapuh. Penyebabnya, yakni karena ditopang oleh utang yang disediakan lembaga finansial dan dunia perbankan. Sementara beban ekonomi-sosialnya tak terpecahkan dalam arti banyak petani sawit kurang efisien, lemah manajemen dan kejerat utang dan masalah lainnya.

Semua itu dimungkinkan karena industri kelapa sawit bersifat sangat ekspansif, tumbuh dengan kecepatan tinggi, mengambilalih dan membuka areal tanah yang sangat luas, dan kemudian menanam serta membudidayakan tanaman ini secepat-cepatnya. Maka perubahan yang ditimbulkan industri ini di Kalimantan dan Sumatra sangatlah dramatis. 

Begitulah, di Kalimantan Tengah (di mana penelitian tim penulis ini lakukan), kelapa sawit menggantikan nyaris semua usaha komersial yang lain, sehingga secara efektif mengubahnya menjadi ekonomi komoditi-tunggal (mono crop economy). Hal ini berdampak telak pada keadaan sosial, lingkungan, ekonomi dan politik.

Indonesia sebagai penghasil tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan produksi crude palm oil (CPO) terbesar di dunia, luas areal dan produksi kelapa sawit berdasarkan publikasi dari data statistik Direktorat Jenderal Perkebunan adalah seluas 10.465.020,00 Ha dengan produksi 27.782.004,00 ton pada tahun 2013 yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, penyebaran paling banyak adalah di daerah Sumatera dan Kalimantan. 

Laporan Rencana Strategis Ditjenbun, 2015-2019 menyebutkan, sekitar 10,50% luas lahan perkebunan kelapa sawit dan 11,25% produksi kelapa sawit di Indonesia terletak di provinsi ini, share lahan dan produksi mencapai 7,92%. Diperkirakan dengan adanya rencana pemerintah membangun 850 km perkebunan kelapa sawit di sepanjang perbatasan Indonesia dan Malaysia maka pada tahun 2020 diprediksikan terjadi peningkatan share lahan dan produksi kelapa sawit di Kalimantan Tengah. 

Sebagai produsen sawit terbesar di dunia dan eksportir sawit terbesar nomor dua dunia setelah Malaysia, Indonesia menempatkan sawit sebagai komoditi penting yang memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meningkatnya permintaan dunia akan kelapa sawit mendorong pemerintah Indonesia untuk meningkatkan penyediaan lahan bagi industri perkebunan sawit.

Ini didorong oleh semakin bertambahnya pelaku usaha dan investasi dalam bisnis perkebunan sawit. Salah satu konsekuensi dari meluasnya industri perkebunan sawit di Indonesia adalah meningkatnya konflik agraria.

Inilah tantangan dan masalah yang seyogianya menjadi perhatian serius dari pemerintah, LSM dan dunia usaha swasta. Gerakan sosial oleh kalangan LSM bisa menjadi  frame mover untuk menjawab masalah dan tantangan tersebut. (Dari berbagai sumber).


Herdi Sahrasad, pengajar Universitas Paramadina dan aktivis LSM.

Berita Terbaru