Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Samosir Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pilkada 2020: Ngomongin Politik Tanpa Baper

  • Oleh Penulis Opini
  • 01 Februari 2020 - 06:46 WIB

SEPERTI yang diketahui bersama bahwa pada tahun 2020 dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di 270 daerah diIndonesia dengan rincian 9 ditingkat Provinsi, 224 ditingkat Kabupaten dan 37 ditingkat Kota, pada tahun 2020 ini Kalimantan Tengah secara khusus akan melaksanakan Pilkada pada dua tingkatan yakni ditingkat
Provinsi untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur dan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Kotawaringan Timur.

Konsekuensi dari sebuah Negara Demokrasi dimana kadaulatan tertinggi berada pada rakyat, tentulah Pilkada secara langsung adalah satu-satunya corong konstitusional yang saat ini bisa dilaksanakan sebagai cara untuk menyeleksi kepemimpinan di Daerah, beriringan dengan hal tersebut Konsekuensi lain dari sebuah Negara Demokrasi adalah diakuinya Hak Asasi Manusia sebagai hal yang harus dilindungi dan di hormati baik oleh Negara maupun antar kelompok individu pemegang Hak Asasi Manusia itu sendiri, tak tertekecuali dalam hal menentukan pilihan Politik setiap individu manusia bebas menentukan pilihan untuk memilih siapapun calon Kepala Daerah yang dianggap relevan dengan kebutuhan suatu daerah tersebut, bahkan dimungkinkan untuk tidak menentukan pilihan pada satu calonpun, hal ini sering kita kenal dengan istilah Golput (Golongan Putih).

Berbicara tentang pilihan politik sendiri, sudah menjadi rahasia umum jika salah satu penyebab konflik di tengah-tengah masyarakat menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah perbedaan cara pandangan tentang calon pemimpin yang dipilih, tentulah hal tersebut merupakan salah satu konsekuensi yang tidak perlu dipandang sebagai sebuah masalah besar dalam perjalanan pesta demokrasi seperti
Pilkada secara langsung oleh rakyat, pertentangan yang muncul bukanlah tanpa sebab, faktor kesukuan, agama dan unsur kepentingan lain membuat antar kelompok dan individu semakin jauh dari kesamaan pandangan tentang pilihan calon pemimpin yang dijagokan.

Saling menghargai pilihan politik adalah kunci keberhasilan suatu perhelatan pesta demokrasi yang besar, tentu menghargai disini bukanlah tanpa perdebatan dan konflik ide tentang calon pemimpin yang dijagokan, perdebatan tentulah cara terbaik untuk menyegarkan alam
demokrasi yang identik dengan kebebasan, namun akan menjadi buruk jika perdebatan dan konflik ide ditengah-tengah masyarakat diakhiri dengan saling menghina pilihan politik secara membabi buta atau istilah Millenial sekarang adalah bawa perasaan (Baper) yang disebabkan atas ketidak pahaman tentang nilai dasar sebuah Negara Demokrasi yang
menghargai perbedaan.

Kita semua memahami bahwa secara historis kita pernah berada dalam fase-fase kemunduran perhelatan pesta demokrasi, politik identitas yang mendominasi dengan diiringi penilaian secara subjektif yang berlebihan sehingga memunculkan ketidak sukaan bahkan ujaran kebencian yang secara otomatis menimbulkan pertentangan ditengah-tengah masyarakat  bahkan tidak jarang menimbulkan konflik serius dan berkepanjangan adalah penyakit musiman menjelang Pemilu maupun Pilkada itu sendiri.

Kalimantan Tengah sebagai salah satu wilayah dari 270 titik pelaksanaan Pilkada secara serentak ditahun 2020 haruslah menjadi pelopor dan contoh baik dalam pelaksanaan Pilkada, apalagi secara ideologis masyarakat Kalimantan Tengah menjujung tinggi konsep hidup Belum Bahadat dalam kehidupan bermasyarakat, tentulah ini menjadi nilai positif jika
mampu diterapkan dalam menyikapi perbedaan pandangan politik pada gelaran pemilihan kepala daerah sehingga semua golongan mementingkan adab dalam berpolitik yang pada akhirnya mampu menekan konflik yang serius dan berkepanjangan ditengah-tengah masyarakat.


Selain itu sebagai perwujudan nyata dari falsafah Huma Betang yang diyakini masyarakat Kalimantan Tengah sebagai pedoman hidup dalam menyikapi perbedaan dalam bingkai persaudaraan haruslah benar-benar diimplementasikan secara nyata saat gelaran Pilkada,
sehingga hal tersebut mampu menekan politik identitas yang dominan, apalagi penilaian secara subyektif yang berlebihan mengakibatkan ketidak sukaan bahkan ujaran kebencian terhadap calon kepala daerah lain berserta simpatisan.


Tentulah pada akhirnya kita semua berharap bahwa perjalanan pesta demokrasi dalam bentuk Pilkada secara langsung tahun ini berjalan dengan hikmat, sehingga benar-benar mampu melahirkan pemimpin daerah yang memiliki keinginan besar dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat Kalimantan Tengah. Untuk mencapai itu semua, maka modal
dasar yang harus sama-sama kita kedepankan dalam menyambut Pilkada itu sendiri adalah dengan cara menjadikan Pilkada ini sebagai gelaran festival kerakyatan yang dihiasi dengan keceriaan yang jauh dari rasa mencekam dan ketakutan akibat Baper politik ditengah-tengah
masyarakat.


Apalagi moderenisasi informasi yang mudah disusupi oleh kelompok yang mengingikan perpecahan ditengah-tengah masyarakat akibat Pilkada haruslah menjadi lampu merah sebagai pengingat pribadi untuk mampu menyaring dan mencari kebenaran atas suatu informasi yang berpotensi menimbulkan keresahan ditengah-tengah masyarakat.

Penulis: Tomy Alfarizy, S.H, Pengurus Pusat Forum Negarawan Muda Indonesia Bidang Sosial Politik 2019

Berita Terbaru