Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Dugaan Penimbunan Gula Pasir Penyebab Kelangkaan

  • Oleh Teras.id
  • 24 Maret 2020 - 11:00 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah penyebaran virus corona atau Covid-19 yang semakin meluas, para pengusaha retail kesulitan mendapatkan gula pasir dari distributor.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan salah satu penyebabnya adalah masih ada pabrik gula yang menahan stok gula di gudang mereka, bahkan menjurus ke kartel.

“Mereka tidak mengeluarkannya dengan 1.001 alasan,” kata Roy dalam konferensi pers online HIPMI Jaya di Jakarta, Senin, 23 Maret 2020. Walhasil, Roy menyebut stok gula di toko retail seperti Alfamart hingga Hypermart mulai berkurang.

Roy mencontohkan, ada empat perusahaan gula yang ada di Lampung. Akan tetapi, harga gula pasir di Lampung tetap berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yaitu sebesar Rp 12.500 per kilogram. 

Namun, Komisaris Independen Hypermart ini tidak menjelaskan apakah pabrik yang dia maksud adalah empat perusahaan tersebut. Ia hanya mengatakan keberadaan kartel pabrik gula ini bukanlah rahasia umum di Indonesia.

Dalam beberapa minggu terakhir, gula pasir mulai langka di pasaran dan mengalami kenaikan harga. Pada 10 Maret 2020, harga gula pasir di sejumlah pasar tradisional di Jakarta naik hingga Rp 20 ribu per kg. 

Atas kenaikan ini, Kemendag pun menerbitkan lagi Surat Perizinan Impor (SPI) untuk 550 ribu ton gula. Kebijakan ini menyusul kebijakan sebelumnya yang telah menerbitkan izin impor bagi 438,8 ribu ton gula kristal mentah atau raw sugar. Namun, impor gula ini masih dalam proses pengiriman Sehingga, kondisi di pasaran belum banyak berubah. 

Kemarin, salah satu toko ritel di Carrefour di Jakarta Selatan, gula pasir tak lagi tersedia. Namun di beberapa toko kelontong, gula pasir curah masih tersedia. Harganya sekitar Rp 5.000 per 250 gram, atau Rp 20 ribu per kg.

Roy membenarkan, saat ini hanya dua dari enam pelabuhan di Cina yang beroperasi, untuk mendatangkan gula impor. Sesampainya di Indonesia, gula impor pun juga harus  diolah terlebih dahulu untuk bisa menjadi gula pasir siap edar. “Jadi butuh waktu lagi,” kata dia.

Tak hanya itu, Roy juga mengkritik data antar instansi pemerintah yang tidak akurat. Hasilnya, keputusan impor baru diterbitkan akhir Februari 2019. Sehingga, tidak ada prediksi sama sekali di pemerintah, sebelum akhirnya  terjadi kelangkaan gula seperti hari ini.

Berita Terbaru