Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Penularan COVID-19 dari Individu Tanpa Gejala

  • Oleh Penulis Opini
  • 31 Maret 2020 - 18:45 WIB

DALAM beberapa hari ini, saya sering mendapatkan pertanyaan dari masyarakat tentang orang yang datang dari daerah terjangkit Covid-19 dan tidak menunjukan tanda-tanda sakit, harus melakukan isolasi dan masuk dalam katagori ODP (Orang Dalam Pemantauan). Suhu tubuh saya normal, tidak batuk, tidak pilek dan tidak sesak nafas, bagaimana mungkin saya bisa menyebarkan virus ke orang lain. Pertanyaan-pertanyaan ini, terutama saya dapatkan dari masyarakat yang ada anggota keluarganya atau kerabatnya ditetapkan sebagai ODP. Untuk menjelaskan hal ini, perlu saya uraikan tentang gambaran proses perkembangan penyakit covid-19 dan mekanisme penularannya.

Seperti telah diungkapkan dalam buku Pneumonia Covid-19 yang diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2020, setelah terjadi transmisi (penularan), virus masuk ke saluran napas atas kemudian memperbanyak diri (replikasi) di sel permukaan (epitel) saluran napas atas. Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel saluran pencernaan (gastrointestinal) setelah penyembuhan. Ketika virus telah melakukan replikasi dalam sel tubuh manusia, terjadi reaksi imun (kekebalan tubuh) yang mengakibatkan kerusakan sel tubuh dan menimbulkan gejala penyakit. Masa inkubasi (masuknya virus sampai muncul gejala penyakit) sekitar 3-14 hari. Faktor tingkat keganasan virus dan kekebalan tubuh serta penyakit lain yang telah diderita sebelumnya, berpengaruh pada tingkat morbiditas (keparahan) dan mortalitas (kematian) penyakit ini. Gambar di bawah ini menunjukan perkembangan gejala penyakit dan timbulnya kekebalan (IgM dan IgM) covid-19.

Penularan COVID-19 dari Individu Tanpa Gejala
Penularan COVID-19 dari Individu Tanpa Gejala

Mengingat virus berada di saluran nafas maka penularan virus terjadi melalui penyebaran tetesan cairan pernapasan. WHO dalam publikasinya 27 Maret 2020 mengungkapkan bahwa penularan tetesan terjadi ketika seseorang berada dalam kontak dekat (dalam 1 m) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya batuk atau bersin). Kulit mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata) yang terkena tetesan berpotensi menjadi tempat masuknya virus. Penularan tetesan tidak langsung dapat terjadi melalui peralatan di lingkungan sekitar orang yang terinfeksi.

Penularan melalui udara hanya dapat dimungkinkan timbul akibat tindakan medis yang menghasilkan aerosol (penggunaan nebuliser/penguapan, pemasangan/pelepasan slang bantu nafas pada tenggorok, operasi pembuatan lubang pernafasan pada leher, dll) dilakukan pada penderita yang positif covid-19.  Dalam analisis 75.465 COVID-19 kasus di Cina, penularan melalui udara tidak dilaporkan. Demikian pula keberadaan virus di feses, ada bukti bahwa infeksi COVID-19 dapat menyebabkan infeksi usus dan virus terdapat dalam feses, namun belum ada laporan mengenai penularan feses – mulut.

Berita Terbaru