Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ini Kronologis Meninggalnya ABK Asal Semarang Menurut KKP

  • Oleh Wahyu Krida
  • 30 Mei 2020 - 10:40 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Kasi Pengendalian Kekarantinaan dan Surveilance Epidemiologi (PKSE) Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Sampit Wilker Pangkalan Bun Sahuri, Sabtu, 30 Mei 2020 menjelaskan kronologis meninggalnya A (49) ABK asal Semarang, Jawa Tengah.

A meninggal dunia di perjalanan diduga akibat covid-19, saat dibawa menggunakan speedboat via Sungai Arut untuk mendapatkan pertolongan medis

"Berdasarkan data yang kami dapatkan, diketahui tanggal 17 Maret 2020 kapal berangkat dari Semarang menuju Kuala Pembuang, Kabupaten Seruyan dan tiba di sana tanggal 20 Maret 2020," jelas Sahuri.

Sahuri menjelaskan, di Kuala Pembuang, kapal tersebut kemudian loading kayu log.

"Di tanggal yang sama yaitu 20 Mei 2020, kapal tersebut berangkat dan tiba di Pangkalan Bun tanggal 24 Mei 2020. Keesokan harinya yaitu 25 Mei 2020, dilakukan penapisan oleh Petugas Karantina Kesehatan dengan pengecekan suhu. Ada 13 ABK yang dicek saat itu," jelas Sahuri.

Hasilnya, kata Sahuri, suhu tubuh seluruh ABK kurang dari 38°C dan tidak menunjukan gejala.

"Tetapi, tanggal 29 Mei 2020 agen kapal tersebut menelpon petugas KKP bahwa ada ABK yang mengalami kejang-kejang. ABK itu kemudian dibawa menggunakan speedboat dan tiba di Pangkalan Bun, pukul 10.15 WIB," jelas Sahuri.

Sahuri menjelaskan saat ABK tersebut diperiksa oleh petugas KKP yaitu cek nadi, respon nyeri, dan pupil ternyata tidak ada respon.

"Kemudian jenazah ABK tersebut dibawa ke Rumah Sakit Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun. Petugas RSSI kemudian melakukan rapid test pada empat ABK yang mengantar korban dan diketahui hasilnya reaktif," jelas Sahuri.

Sahuri menjelaskan, sebelum dibawa untuk mendapatkan penanganan medis, ABK yang meninggal tersebut diketahui mengalami sakit di atas kapalnya 

"Dari pengakuan ABK yang mengantar, korban diketahui muntah hebat, kemudian berkeringat dingin. Setelah itu tubuh korban rubuh dan kejang-kejang, hingga mengeluarkan kotoran. Kemudian tubuh korban melemah dan hilang kesadaran," jelas Sahuri. (WAHYU KRIDA/B-11)

Berita Terbaru