Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Lebong Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Gajah Sumatera Tak Sekadar Untuk Wisata, Tapi Penting Bagi Dunia

  • Oleh Teras.id
  • 04 Juli 2020 - 12:10 WIB

TEMPO.COJakarta - Ada alasan untuk tak menempatkan gajah Sumatera sebatas atraksi wisata di kebun binatang atau taman safari. Pasalnya, Gajah Sumatera telah masuk dalam kategori terancam punah (critically endangeredInternational Union for Conservation of Nature (IUCN).

"Gajah Sumatera hanya ada di Indonesia, Sumatera. Itu sebabnya Gajah Sumatera yang tersisa sangat penting bagi dunia," kata Direktur Conservation Response Unit (CRU) Aceh, Wahdi Azmi, dalam sesi percakapan daring video bertema 'Bincang Hutan Tropis: Apa Kabar Gajah Sumatera' yang diadakan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati), Jumat, 3 Juli 2020.

Wahdi menjelaskan, bahwa gajah adalah satwa bertubuh paling besar yang hidup di darat. Kehidupan gajah berkelompok, sehingga membutuhkan sumber pakan alami yang sangat banyak. "Gajah sendiri (satu ekor) butuh (pakan) 150 kilogram sehari," ujarnya.

Sebab itu, gajah membutuhkan habitat alami yang memastikan ketersediaan sumber pakan. "Itu yang membuat gajah harus mempunyai home range (daerah jelajah) yang sangat luas," ucap Wahdi.

Gajah akan menjelajah jauh, hal itu juga terkait siklus ketersediaan pakan, "Ini bersaing dengan kebutuhan lahan tantangan konservasi gajah," katanya.

Wahdi menjelaskan, maka kehidupan manusia harus serasi dengan gajah. "Belajar dari masyarakat Aceh dulu zaman indatu hidup berdampingan dengan gajah," tuturnya.

Pada abad ke-16 Aceh memegang peranan penting sebagai daerah transit barang-barang komoditi dari Timur ke Barat. Para pedagang dari Arab Saudi, Turki, Gujarat dan India singgah di Aceh dalam perjalanan mereka mencari berbagai komoditi dagang dari Nusantara, antara lain lada, pala, cengkih.

"Kejayaan Kesultanan di Aceh menanam komoditi unggulan pala dan lada. Dua jenis ini komoditi yang sudah ada, secara empiris terbukti survive (bertahan) dengan keberadaan gajah," katanya. Wahdi menjelaskan, gajah tidak merusak perkebunan warga saat itu, karena bukan bagian dari pakan.

"Jangan menuntut gajah menyesuaikan diri. Kita manusia yang punya akal pikiran mencari cara untuk hidup bersama gajah," kata Wahdi. (TERAS.ID)

Berita Terbaru