Aplikasi Pilkada Serentak

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Airlangga Sebut Ekonomi Perlahan Rebound: Light at End of Tunnel

  • Oleh Teras.id
  • 04 Juli 2020 - 11:00 WIB

TEMPO.COJakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kinerja ekonomi mulai membaik dan terlihat sejumlah sektor riil di Tanah Air perlahan rebound. Kondisi ini terjadi seiring dengan mulai dilakukannya relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan persiapan menuju New Normal.

"Kami melihat ada cahaya diujung, there is the light at the end of tunnel," kata Airlangga Hartarto dalam diskusi virtual Sekolah Politik Indonesia pada Jumat, 3 Juli 2020.

Sejak beberapa bulan terakhir, konsep New Normal sudah diterapkan di Indonesia. Transportasi yang semula dibatasi, kini mulai diperlonggar.

Airlangga kemudian merinci beberapa indikator perbaikan sektor riil tersebut.Pertama pada kelompok usaha seperti properti dan konstruksi, restoran, pariwisata, sampai peralatan elektronik, dan yang lainnya.

Kelompok ini mengalami pertumbuhan rata-rata 1 persen year-on-year (yoy) pada Juni 2020. Kenaikan mulai terjadi setelah anjlok sejak Maret sampai Mei 2020 mencapai minus 33 persen.

Lalu ada juga kelompok barang seperti jasa keuangan, teknologi informasi, hasil kayu dan kehutanan, dan usaha lainnya. Kelompok ini mulai tumbuh tipis 2 persen yoy setelah sebelumnya anjlok sampai minus 17 persen.

Selain di sektor riil, Airlangga menyebut sektor pasar uang dan saham juga relatif mendapatkan penguatan. Kurs rupiah di level Rp 14.400 per dolar Amerika Serikat.
Menurut data Airlangga, perubahan kurs rupiah mencapai minus 3,6 persen (year-to-date/ytd) masih lebih baik dari Thailand, Malaysia, Inggris. Namun di bawah Cina, Vietnam, Jepang dan Filipina.

Lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (UHSG) yang mendekat level 5.000, setelah mencapai level terendah 3.938 pada akhir Maret 2020. Tapi perubahannya mencapai minus 21,2 persen ytd, paling buncit dari beberapa negara seperti Vietnam, Korea, dan Malaysia.

Terakhir yaitu Purchasing Managers Index (PMI) atau indeks manufaktur. Sebelum Covid-19, PMI Indonesia berada di atas 50. Lalu anjlok hingga 28 saat pandemi datang, namun telah bergerak naik ke level 39,1.

Airlangga mengakui perbaikan PMI ini masih tertinggal dengan negara lain seperri Cina, Malaysia, Vietnam, sampai Australia. Tapi menurut dia, situasi ini terjadi karena negara lain lebih dulu diserang Covid-19. "Kita kena belakangan," ujarnya.

Sementara itu, ekonomi yang juga Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro, mengatakan ada alasan dibalik relaksasi PSBB yang dimulai sekitar Juni dan Juli ini. Kebijakan ini berkaitan dengan kemampuan dunia usaha untuk bertahan.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kementerian Ketenagakerjaan, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia sudah melakukan survei pada Mei 2020. Hasilnya, 41 persen dunia usaha hanya bisa bertahan kurang dari tiga bulan.

Berita Terbaru