Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Rokan Hulu Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Sistem Belajar Daring Tuai Keluhan, Mulai dari Beban Pembelian Paket Data hingga Peralatan

  • Oleh Naco
  • 21 Juli 2020 - 18:35 WIB

BORNEONEWS, Sampit - Komisi III DPRD Kotawaringin Timur mengundang Dinas Pendidikan untuk membahas sistem pembelajaran di tengah pandemi covid-19. Salah satunya, untuk mencari solusi terbaik dari sistem yang menuai keluhan orangtua murid itu.

Rapat dilakukan setelah menindaklanjuti keluhan para orangtua atas sistem pembelajaran daring. Rapat itu dihadiri juga sejumlah guru serta orangtua atau wali murid.

"Kami ingin mendengar penjelasan dari Dinas Pendidikan tentang seperti apa kondisi dunia pendidikan kita saat ini. Karena memang ada keluhan dari orangtua siswa terkait sistem saat ini," kata Ketua Komisi III DPRD Kotawaringin Timur, Sanidin, Selasa, 21 Juli 2020.

Pandemi covid-19 yang masih terjadi membuat sistem pembelajaran dilakukan dengan sistem dalam jaringan atau daring. 

Hal ini dilakukan lantaran pembelajaran dengan cara tatap muka dinilai masih berisiko penularan jika dilaksanakan saat ini.

Namun di sisi lain, sejumlah aspirasi disampaikan masyarakat, mulai dari masalah beban biaya karena harus membeli paket data internet, keterbatasan peralatan, tersitanya waktu bekerja orangtua, sampai kebosanan yang mulai dirasakan anak-anak, sehingga ada usulan agar sekolah kembali dibuka. 

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kotim, Suparmadi, mengakui untuk zona kuning, orange, dan merah belum diperkenankan pembelajaran tatap muka. Siswa harus tetap belajar dari rumah. 

“Karena daerah kita masih zona merah, berarti kita belum bisa melaksanakan sistem belajar dengan tatap muka. Jadi kita memperkuat sistem belajar dari rumah," ucap Suparmadi.

Menurut dia pihaknya tidak bisa berbuat banyak, meski di satu sisi ada kerinduan tersendiri bagi sekolah untuk membuka kembali kegiatan belajar tatap muka di sekolah. 

Dinas pendidikan pun berpijak kepada aturan pemerintah pusat untuk tidak membuka aktivitas tatap muka di sekolah.

Sementara itu, Hadijah salah satu perwakilan guru yang hadir mengakui proses belajar melalui  jaringan online memang tidak efektif. Selain itu juga menguras tenaga. 

“Kami dari pihak sekolah harus menguras energi agar anak-anak kami bisa dididik meski jarak jauh, kami bekerja sampai malam melayani siswa. Setiap wali kelas mendata anak yang tidak bisa mengikuti sistem daring, sehingga harus dibantu dengan sistem luring melalui orangtua yang datang ke sekolah,” katanya.

Mereka sangat mempertimbangkan faktor kesehatan sebagai yang lebih utama. Selain dengan daring mereka mengoptimalkan pembelajaran sistem luring sebagai bentuk tanggung jawab. (NACO/B-11)

Berita Terbaru