Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Halmahera Utara Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

PHRI: Potensi Kehilangan Pendapatan Sektor Pariwisata Semester I 2020 Rp 85 T

  • Oleh Teras.id
  • 04 Agustus 2020 - 08:30 WIB

TEMPO.CO, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yusran Maulana mengatakan industri pariwisata memang paling kelabakan dalam krisis kesehatan pada masa pandemi. Menurutnya, meskipun pemilik hotel sudah menjamin sedemikian mungkin ihwal sanitasi, tetap saja bakal ada masyarakat yang takut untuk bepergian.

“Kalaupun naik karena hari raya, hanya 20 persen dan hanya jarak dekat seperti di Jawa saja, karena pesawat masih banyak prosedur,” kata Yusran, Senin 3 Agustus 2020.

Data internal PHRI, okupansi di sejumlah daerah per akhir Juli masih di kisaran 10-20 persen. Pagebluk ini juga telah membuat dua ribu hotel di berbagai klasifikasi berhenti beroperasi sementara. Begitu juga dengan industri turunan seperti restoran yang dicatat ada delapan ribu yang menutup usahanya.

Akumulasi tersebut diproyeksi telah menghilangkan potensi pendapatan sektor pariwisata senilai Rp 85 triliun. 

Bali merupakan daerah dengan tingkat okupansi terendah lantaran ditutup total sejak Maret hingga dibuka perlahan hingga dibuka penuh untuk wisatawan domestik per Agustus ini.

Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengatakan per Juni, angka kedatangan wisatawan ke Bali memang sudah membaik dengan jumlah angka penerbangan yang meningkat dari 92 menjadi 242 penerbangan. “Domestik sudah 11 ribu orang dari 2.500 orang, wisatawan asing masih 32 orang saja dari sebelumnya 500 ribuan,” katanya seperti yang dilansir Antara.

Dia mengatakan dengan menggeliatnya kedatangan wisatawan domestic bisa sedikit menolong industri perhotelan dan pariwisata turunannya.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengatakan sedang berupaya untuk meningkatkan okupansi mobilitas pesawat terbang. Dia membenarkan jika dirinya intensif berpromosi meyakinkan calon penumpang dari pihak swasta ataupun instansi pemerintah.

“Perjalanan dinas sudah boleh, tapi kalau deputi atau direktur jenderal tidak terbang, anak buahnya juga enggan,” katanya. “Swasta juga susah, dulu ada orang meninggal bela-belain datang, tapi sekarang tidak,” katanya.

Irfan mengatakan moda transportasi udara merupakan kunci membawa orang ke tempat pariwisata. Tapi, dia mengatakan kegelutan dia melobi orang untuk naik pesawat bukan hanya untuk kepentingan aviasi saja. “Komponen tiket pesawat dalam aktivitas liburan sangat sedikit, coba lihat hotel, tukang suvenir, restoran, bahkan UKM seperti tukang bikin tato,” katanya.

Berita Terbaru