Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Grobongan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Mengenang Mayor Daan Mogot, Tangerang Selatan Perbaiki Monumen Lengkong

  • Oleh Teras.id
  • 15 Agustus 2020 - 13:20 WIB

TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Pemerintah kota Tangerang Selatan berencana merehabilitasi monumen Lengkong. Bangunan cagar budaya itu merupakan saksi sejarah tewasnya Mayor Daan Mogot bersama 34 taruna akmil pada 25 Januari tahun 1946 dalam perundingan untuk melucuti senjata tentara Jepang.

"Kita juga memastikan bahwa aset itu dimiliki pemerintah kota Tangsel," kata Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie dalam keterangannya, Jumat 14 Agustus 2020.

Menurut Benyamin, monumen Lengkong ini tidak dicatatkan oleh pemerintah provinsi Banten, maka pemkot Tangsel akan mengambil alih dan mencatatkan bangunan ini sebagai aset.

"Jadi kami ambil alih dan kami catat sebagai aset kami dan kami perbaiki untuk mengenang peristiwa Lengkong," ujarnya. 

Rehabilitasi Monumen Lengkong akan ditangani oleh Dinas Bangunan dan dikelola oleh Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Tangsel.

Dalam rehabilitasi, pemkot Tangsel tidak akan mengubah bangunan aslinya. Rehabilitasi hanya dilakukan pada bagian bangunan yang sudah rusak parah, seperti plafon, kusen, dan kuda-kuda.

"Yang tidak diubah adalah bangunan asli, seperti jendela, struktur bangunan semua sama terutama lantai di mana darah Pak Daan Mogot itu dulu tumpah di lantai rumah itu," kata Benyamin. "Itu tidak kami ubah, tidak kami ganggu, tidak kami bersihkan bahkan sekarang kita tutup dengan plastik."

Pemerintah Kota Tangsel ingin mempertahankan keaslian dari rumah tersebut. Hal itu adalah amanat dari Yayasan 25 Januari yang dipimpin oleh ibu Rani Sutrisno, yang selalu memperingati peristiwa Lengkong pada 25 Januari.

Rumah bersejarah cagar budaya Monumen Palagan Lengkong di daerah Serpong ini sebelumnya adalah markas militer Jepang. Setelah pengumuman kemerdekaan RI, pimpinan Angkatan Darat memerintahkan kepada Akademi Militer Tentara Republik (TRI) Indonesia (sekarang TNI) untuk melucuti senjata tentara Jepang.

"Maka berkumpullah tentara Jepang di tempat ini, kemudan Mayor Daan Mogot dengan 34 tarunanya itu datang ke sini kemudian berunding dengan Jepang. Ketika perundingan hampir berhasil tiba-tiba ada letusan senjata yang entah itu dilakukan oleh siapa," kata Benyamin.

Curiga Tentara Republik Indonesia menyerang, semua taruna Akmil yang mengikuti prosesi penyerahan senjata ini dibunuh oleh tentara Jepang, termasuk Mayor Daan Mogot, Letnan Satu Soetopo dan Letnan Satu Soebianto Djojohadikoesoemo yang saat itu berada di dalam melakukan perundingan.

Berita Terbaru