Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Uji Klinis Vaksin Covid-19 Rusia, 1 dari 7 Relawan Laporkan Efek Samping

  • Oleh Teras.id
  • 20 September 2020 - 08:40 WIB

TEMPO.COJakarta - Satu dari tujuh relawan mengeluh mengalami efek samping dari suntikan Sputnik V, vaksin Covid-19 yang masih bersifat eksperimental. Uji klinis fase tiga atau final tengah berjalan atas vaksin yang dikembangkan Institut Riset Gamaleya, Kementerian Kesehatan Rusia, tersebut.

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan lebih dari 300 dari 40 ribu relawan yang telah diumumkan sebelumnya telah mulai disuntikkan dengan Sputnik V hingga Jumat 18 September 2020. Dari 300 relawan pertama itu, sebanyak 14 persen dilaporkan mengalami lemas, sakit otot selama seharian, dan demam.

Tapi, menurut Mikhail, seluruh gejala tersebut menghilang pada keesokan harinya. Para relawan tersebut sejatinya akan menerima suntikan dosis kedua dari kandidat vaksin yang dikembangkan berdasarkan metode viral vector berbasis adenovirus itu dalam 21 hari ke depan.

Efek samping yang terjadi itu dipastikannya bersifat ringan. Dia menyebut istilah reaktogenik vaksin pasca penyuntikan.

"Komplikasi itu telah ada dalam instruksi sebelum vaksinasi dan sudah diprediksi," katanya seperti dikutip dari kantor berita TASS.

Sputnik V belum melalui uji klinis fase tiga yang melibatkan sejumlah besar relawan ini saat disetujui otoritas di Rusia untuk didistribusikan. Uji klinis final Sputnik V baru dimulai di Moscow pada awal bulan ini.

Kalangan ilmuwan dunia sebelumnya telah memperingatkan bahaya penggunaan vaksin yang belum melalui uji keselamatan dan efikasi secara penuh. Mereka masih mempertanyakannya setelah hasil uji klinis awal, tahap 1 dan 2, belakangan dibeberkan Gamaleya.

Dimuat di jurnal The Lancet, Sputnik V disebut tidak menyebabkan efek samping dan sebaliknya, memicu respons kekebalan tubuh pada 76 relawan. Tapi pertanyaan tetap datang dari sebagian kalangan ilmuwan karena apa yang mereka sebut data yang seragam di antara pasien.

Pernyataan Mikhail sendiri disampaikan setelah tercapai kesepakatan uji klinis dan distribusi Sputnik V di India--sekalipun itu belum diapruv oleh Drugs Controller General of India (DCGI). Russian Direct Investment Fund (RDIF) mengatakan akan menyuplai 100 juta dosis vaksin setelah regulasi persetujuan dibuat di India.

Adapun pejabat pemerintahan India mengatakan persetujuan akan diberikan hanya setelah melalui kajian. Balram Bhargava, Direktur Jenderal Indian Council of Medical Research (ICMR), juga telah mengatakan bahwa komite pemetintah tingkat tinggi sedang mempelajari data-data dari uji klinis di Rusia.

RDIF kembali menyatakan pada Rabu lalu kalau vaksin Sputnik V aman. Vaksin itu disebutkannya berbasis viral vector dengan platform adenovirus yang sudah banyak dipelajari para peneliti dunia.

"Pengiriman bisa dimulai akhir 2020 segera setelah penyelesaian uji coba dan registrasi vaksin itu oleh otoritas di India," bunyi pernyataannya.

Hingga artikel ini dibuat, India memang sangat berharap keberadaan vaksin untuk bisa menghentikan laju penambahan kasus infeksi baru virus corona Covid-19. Saat ini India telah melaporkan lebih dari lima juta kasus (nomor dua terbanyak di dunia) dengan korban meninggal 82 ribu orang (nomor tiga di dunia).

(TERAS.ID)

Berita Terbaru