Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

3 Mekanisme Penularan Covid-19 Menurut Dokter Paru

  • Oleh Teras.id
  • 20 September 2020 - 11:30 WIB

TEMPO.COJakarta - Kasus COVID-19 di Tanah Air semakin banyak. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengingatkan masyarakat penularan COVID-19 terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu penularan secara langsung, tidak langsung, dan melalui airbone.

"Jadi sudah sering disampaikan mungkin dari berbagai pakar dan juga Satgas COVID-19 bahwa pada dasarnya COVID-19 ini menular melalui tiga mekanisme," kata Ketua PDPI, dr. Agus Dwi Susanto SpP(K).

Ia mengatakan penularan secara langsung dari penularan COVID-19 tersebut adalah melalui droplet atau percikan-percikan halus yang dikeluarkan seseorang ketika batuk, bersin, atau berbicara dengan orang terdekat dalam jarak 1-2 meter.

"Itu penularan secara langsung," katanya.

Kemudian, mekanisme penularan COVID-19 secara tidak langsung adalah melalui tangan yang terkontaminasi setelah menyentuh benda-benda yang telah terkontaminasi virus tersebut.

"Bisa dengan meja, pegangan pintu, atau barang-barang lain," ujarnya.

Apabila tangan seseorang menyentuh barang-barang yang telah terkontaminasi kemudian menyentuh area wajah, hidung, mulut, atau mata tanpa terlebih dulu mencuci tangan, virus corona dapat masuk dan terhirup ke dalam saluran napas kemudian masuk ke dalam tubuh.

Berikutnya, mekanisme penularan COVID-19 yang lain adalah melalui airbone atau udara, sebagaimana disampaikan WHO.

"Penularan lewat udara ini disinyalir terjadi paling banyak adalah di lingkungan rumah sakit, yaitu pada tindakan-tindakan prosedur yang menimbulkan suatu aerosol atau suatu microdroplet," ujar Agus.

Penularan melalui udara tersebut dapat terjadi dalam radius hingga 60 meter. Namun demikian, selain penularan udara dapat terjadi di lingkungan rumah sakit, penularan COVID-19 melalui udara juga dapat terjadi di tengah populasi, terutama pada area-area tertutup yang tidak memiliki ventilasi yang baik. Ia mencontohkan ruangan-ruangan tertutup tersebut, misalnya pada ruang perkantoran, restoran, rumah makan, atau ruang-ruang pertemuan kecil.

"Itu memiliki potensi apabila ruangan itu tertutup, tidak ada ventilasi yang baik, kemudian kerumunannya padat, sehingga potensial terjadi penyebaran lewat udara, itu dimungkinkan dan beberapa laporan kasus itu sudah ada," kata Agus Dwi Susanto.

(TERAS.ID)

Berita Terbaru