Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Kaur Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Bos Garuda: Industri Penerbangan Alami Masa Paling Mencekam dalam Sejarah

  • Oleh Teras.id
  • 07 Oktober 2020 - 11:10 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut bahwa di tengah tekanan akibat pandemi Covid-19 ini, perusahaan perlu mengambil kebijakan yang tidak mudah.

"Industri penerbangan mengalami masa yang paling mencekam dalam sejarah industri penerbangan. Masa depan industri penerbangan juga masih tanda tanya besar kapan bisa kembali," ujar Irfan dalam sebuah acara daring, Selasa, 6 Oktober 2020.

Dalam situasi yang sulit tersebut, Irfan mengatakan, BUMN inipun mau tak mau harus melakukan pemotongan dan penundaan gaji dari level komisaris, direksi, hingga ke pegawai. Untuk komisaris dan direksi, pemotongan dilakukan sebesar 50 persen.

Sementara untuk pegawai, pemotongan dilakukan proporsional berdasarkan tingkatannya, yakni paling rendah 10 persen gaji.

"Kami juga melakukan, ini bukan pilihan mudah tapi tidak bisa dihindari, yaitu mempercepat kontrak karyawan kontrak dan kami berikan haknya dan berikan kewajiban bagi pegawai kontrak yang dipercepat masa kontraknya," ujar Dirut Garuda ini.

Terakhir tutur Irfan, maskapai juga menawarkan pensiun dini bagi karyawan. Sebanyak 500 orang pun telah mengambil penawaran tersebut. Kebijakan tersebut ditempuh agar perusahaan dapat melakukan penghematan, efisiensi, dan negosiasi di area lain.

"Ini mungkin masa paling sulit untuk industri penerbangan seperti Garuda. Tapi ini juga masa paling baik untuk kami melakukan realignment dan restructure cost," ujarnya. 

Irfan membeberkan, kondisi terburuk dalam sejarah sempat dialami Garuda pada Mei 2020. Kala itu, jumlah penumpang turun drastis hingga ke level satu digit. Saat itupun maskapai tidak bisa mendapatkan momen-momen puncak atau peak season seperti tahun-tahun sebelumnya, antara lain momen umrah, haji, hingga mudik lebaran.Keterpurukan itu pun, menurut dia, ditambah lagi dengan adanya pembatasan penerbangan antarnegara dalam rangka mencegah penularan Covid-19. Indonesia juga melarang WNA masuk kecuali dalam kondisi tertentu, dan menerapkan karantina 14 hari. Akibatnya, penerbangan internasional hanya dipenuhi penumpang repatriasi.

"Ini situasi sangat buruk untuk perusahaan seperti Garuda. Apalagi kemudian kita mengalami kejadian di mana kita tidak bisa lagi menikmati masa emas tiap tahun atau peak time penerbangan. Misalnya umrah dan haji begitu pemerintah menutup kunjungan umrah dan memutuskan tidak mengirim haji tahun ini. Ini pukulan sangat berarti dan berat untuk Garuda," kata Irfan.

Saat ini tinggal tersisa satu kesempatan emas di tahun ini yaitu pada libur Natal dan Tahun Baru yang biasanya menjadi waktu sibuk bagi maskapai.

TERAS.ID

Berita Terbaru