Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

BUMN Dalam Sistem Pemulihan Ekonomi

  • Oleh ANTARA
  • 08 Oktober 2020 - 11:50 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Menjaga kinerja perusahaan di tengah kondisi yang masyarakatnya berubah drastis akibat pandemi COVID-19 memang tidak mudah, perlu kiat tersendiri meramu strategi secara cepat dan tepat.

Seperti diketahui, kinerja badan usaha milik negara (BUMN) secara umum mengalami tekanan. Menteri BUMN Erick Thohir pun tak menampik pandemi COVID-19 memberikan imbas pada kinerja perusahaan-perusahaan pelat merah.

Menteri Erick mengakui bahwa 90 persen perusahaan BUMN terkena dampak pandemi COVID-19. Artinya, BUMN dianggap dalam kondisi pareto, yakni mayoritas pendapatan BUMN hanya bersumber dari sebagian kecil perusahaan.

Di sisi lain, pandemi COVID-19 juga berdampak pada pembagian dividen atas laba bersih ke pemerintah pada tahun 2021.

Awalnya Erick menargetkan dividen tercapai, bahkan optimistis lebih. Akan tetapi, sekarang pencapaiannya bisa 50 persen saja dinilai sudah cukup baik.

Kementerian BUMN menargetkan setoran dividen BUMN untuk negara pada tahun 2021 sebesar Rp26,1 triliun, tergerus hampir 50 persen dibandingkan 2020 yang telah ditetapkan dalam APBN sebesar Rp49 triliun.

Setoran dividen BUMN pada tahun depan diproyeksikan berasal dari BUMN perbankan sebesar Rp11,9 triliun dan dari BUMN nonperbankan sebesar Rp14,2 triliun

"Situasi BUMN sendiri, suka tidak suka, kondisi BUMN sama seperti kebanyakan perusahaan swasta. Sebanyak 90 persen terdampak, hanya 10 persen yang berjalan normal," kata Menteri Erick.

Kendati demikian, BUMN sebagai pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional tetap dituntut untuk memberikan kontribusi terhadap negara dan perekonomian nasional agar pertumbuhannya tidak tertekan lebih dalam.

Saat ini terdapat lebih dari 100 BUMN dengan total aset mencapai lebih dari Rp8.000 triliun, tidak banyak yang tahu bahwa total aset BUMN itu lebih besar daripada total aset pemerintah yang sekitar Rp6.600 triliun.

Berita Terbaru