Aplikasi Pilwali (Pemilihan Walikota) Kota Dumai Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Borosnya Pangan di Indonesia dan Anjloknya Daya Saing Bangsa

  • Oleh ANTARA
  • 19 Oktober 2020 - 12:10 WIB

BORNEONEWS, Jakarta  - Fakta bahwa telah terjadi pemborosan yang signifikan pada sektor pangan di Indonesia boleh jadi tak disadari oleh sebagian besar orang.

Seiring dengan itu pemborosan pangan yang terus-menerus secara mengejutkan perlahan namun pasti telah memerosotkan daya saing bangsa ini.

Tahun lalu misalnya, mulai banyak perusahaan, terutama yang berbasis padat karya memindahkan operasi dari Indonesia ke Vietnam.

Alasannya memang beragam namun yang pasti biaya produksi yang lebih murah di negara tetangga menjadi latar belakang terkuat yang mendorong investor padat karya hengkang dari Indonesia.

Jelas saja, biaya produksi di negara tetangga diketahui kemudian lebih murah, itu semua salah satunya didorong dari upah tenaga kerja yang lebih rendah.


Upah yang kompetitif itu ternyata disokong karena biaya hidup yang murah sebagai dampak langsung dari harga pangan yang juga murah di negara itu.

Praktisi pangan dan pertanian Wayan Supadno mengkaji dan menemukan bahwa salah satu kontrol tingginya biaya hidup berdampak pada naiknya upah tenaga kerja yang menjadi sumber pemborosan bangsa ini di sektor pangan.

Ia mencontohkan pada beberapa komoditas, di antaranya beras, ketika di India dan Vietnam harga ekspornya ditetapkan sebesar Rp5.000,00/kg, maka di Indonesia beras termurah Rp9.000,00/kg.

Ada selisih sebesar Rp4.000,00/kg, padahal kebutuhan nasional sekitar 38 juta ton. Artinya, ada selisih Rp4.000,00/kg x 38 juta ton/tahun atau mencapai Rp152 triliun/tahun.

Komoditas lain, gula misalnya, di negara lain, seperti Brazil dan India hanya Rp4.000,00/kg, tetapi di Indonesia Rp11.000,00/kg, selisihnya Rp7.000,00/kg. Padahal, kebutuhan nasional 6 juta ton/tahun. Artinya, beda borosnya saja Rp7.000,00/kg x 6 juta ton sekitar Rp42 triliun/tahun.


TAGS:

Berita Terbaru