Aplikasi Pilgub (Pemilihan Gubernur) Propinsi Kalimantan Selatan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Jurnalis Diharapkan Jadi Jembatan Perspektif yang Utuh dan Berimbang untuk Sampaikan Informasi Sawit

  • Oleh Testi Priscilla
  • 21 Oktober 2020 - 17:30 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Sejumlah awak media nasional dan daerah di Kalimantan Tengah diberikan pemahaman mengenai perkebunan kelapa sawit. Dalam kegiatan itu, jurnalis diharapkan dapat menjadi jembatan perspektif yang utuh dan berimbang mengenai sawit untuk disampaikan kepada masyarakat.

Adapun kegiatan itu bertajuk Fellowship Journalist & Training yang dilaksanakan secara virtual atas kerjasama Jurnalisme Profesional Untuk Bangsa atau JProf dan BPDP-KS di bawah Kementerian Keuangan pada Rabu, 21 Oktober 2020.

"Dalam kegiatan ini akan diberikan pengetahuan dan fakta-fakta objektif mengenai perkebunan dan industri kelapa sawit, dari hulu hingga hilir, serta pengelolaan kelapa sawit nasional secara berkelanjutan yang memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan," kata Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDP-KS, Eddy Abdurrachman.

Secara detail akan dikupas para narasumber dari praktisi perkebunan dan industri sawit dalam 2 hari ke depan.

"Dengan demikian kami harapkan para Jurnalis di media nasional maupun daerah dapat menyampaikan berita tentang sawit dengan perspektif yang utuh dan berimbang kepada masyarakat dalam menanggapi berbagai isu negatif yang telah merugikan kelapa sawit sebagai komoditas strategis nasional," harapnya.

Hal ini sangat diharapkan mengingat isu-isu dan tuduhan negatif terhadap sawit banyak yang berasal dari luar Indonesia. Selain itu, umumnya tidak berdasarkan fakta objektif di lapangan.

"Beberapa isu ini diproduksi sebagai dampak dari persaingan dagang komoditas minyak nabati dunia, dimana sawit memang memiliki keunggulan komparatif dibandingkan minyak nabati lainnya seperti minyak Kedelai, minyak Rapesheed, minyak Bunga Matahari, dan sebagainya," tutur Eddy.

Namun terkadang tanpa disadari, sejumlah kelompok masyarakat turut berperan dalam mengamplifikasi isu negatif tersebut di dalam negeri.

"Kampanye isu-isu negatif tersebut dalam jangka waktu yang lama telah memunculkan stigma negatif terhadap sawit sehingga kemudian sawit teralienasi dari masyarakat yang justru mengkonsumsinya setiap hari. Ini sungguh sebuah paradoks dimana komoditas hasil negeri sendiri yang memiliki manfaat begitu banyak, justru belum dipahami dan bahkan banyak dikritik oleh masyarakat dalam negeri sendiri," jelasnya.

Dalam jangka panjang, tuturnya, isu-isu negatif ini akan merugikan perkebunan dan industri sawit nasional dan tentu akan berdampak pula bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia.

Berkaitan dengan gencarnya isu negatif tersebut, BPDPKS memandang perlu untuk menjembatani gap informasi antara peran dan kontribusi sawit, dengan pengetahuan tentang sawit di masyarakat, yang salah satunya dapat disampaikan melalui para Jurnalis.

"Peran media massa dalam menyebarkan dan menyampaikan fakta-fakta objektif sawit sangatlah penting untuk perkebunan dan industri kelapa sawit di Indonesia," katanya lagi. (TESTI PRISCILLA/B-11)

Berita Terbaru