Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Bali, COVID-19, dan Resesi

  • Oleh ANTARA
  • 08 November 2020 - 11:30 WIB

BORNEONEWS, Denpasar  - Belakangan, isu resesi begitu menyeruak ke permukaan, apalagi di tengah paparan Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung satu semester lebih.

Sebuah media mainstream/utama pada edisi 6 November 2020 menyebut "Bali paling merana, ekonomi minus 12 persen lebih". Media itu mengutip data dari BPS. Nah, apakah hal itu berarti Bali mengalami resesi Mari, telusuri data BPS itu sambil menyandingkan dengan data lain dari BI, OJK, dan sebagainya.

Diakui atau tidak, secara ekonomi, wilayah paling parah terpapar COVID-19 adalah wilayah pariwisata, seperti Bali, karena wilayah pariwisata itu berharap masyarakat berwisata, sedangkan COVID-19 justru meminta masyarakat di rumah saja.

Itu mirip dengan wilayah paling parah terpapar COVID-19 dari sisi kesehatan, yakni wilayah perkotaaan, seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, dan sebagainya, karena wilayah perkotaan memang memiliki masyarakat dengan mobilitas (keluar rumah) sangat tinggi.

Sebagai wilayah pariwisata, Bali tentu paling terdampak COVID-19 secara ekonomi. Hal itu dibenarkan denan data pertumbuhan ekonomi Bali yang sempat terkontraksi pada angka minus 10,98 persen, padahal kontraksi ekonomi dalam waktu yang sama secara nasional di kisaran minus 8 persen.

Tapi, kondisi Bali yang paling merana itu sudah dapat dikatakan resesi Dalam "kacamata" ekonomi makro, resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik regional bruto (PDRB) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif dalam satu tahun, baik selama dua kuartal maupun lebih.

Dalam rilis pada 5 November 2020, BPS Bali mencatat total perekonomian Bali pada triwulan III-2020 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp55,37 triliun. Atau, jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010, PDRB Bali tersebut tercatat sebesar Rp36,44 triliun.

Dengan capaian tersebut, BPS mencatat ekonomi Bali triwulan III-2020 tercatat tumbuh sebesar 1,66 persen jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Capaian ini mencerminkan ekonomi Bali yang secara perlahan kembali berdenyut di tengah tekanan pandemi COVID-19.

Memang, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y-on-y), ekonomi Bali triwulan III-2020 tercatat tumbuh negatif sedalam -12,28 persen. Namun, ekonomi Bali triwulan III-2020 tercatat tumbuh sebesar 1,66 persen. Jadi, data BPS itu mencatat kontraksi ekonomi Bali itu tidak sampai berlangsung selama delapan bulan, apalagi setahun.

Dari sisi produksi, BPS Bali juga mencatat struktur ekonomi Bali pada triwulan III-2020 masih didominasi oleh Kategori I (Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum) yang mencatat kontribusi terbesar hingga 17,46 persen. Dari sisi pengeluaran, kontribusi terbesar tercatat pada Komponen Konsumsi Rumah Tangga yaitu 54,06 persen.

Berita Terbaru