Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Perempuan dan Kebangkitan Ekonomi di Tengah Pandemi

  • Oleh ANTARA
  • 31 Januari 2021 - 11:20 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Sebuah riset pada akhir 2020 mendapatkan fakta yang mengejutkan bahwa selama pandemi lebih banyak perusahaan-perusahaan besar di dunia memilih untuk mempekerjakan CEO pria ketimbang wanita.

Tercatat hanya 5 persen jabatan posisi tertinggi perusahaan besar global yang dipegang oleh perempuan. Irlandia memiliki persentase CEO perempuan tertinggi (15 persen) dan Brasil terendah (0 persen).

Fenomena ini diteliti oleh firma eksekutif Heidrick & Struggles yang dipublikasikan melalui World Economic Forum (WEF).

Perusahaan yang berbasis di AS ini menganalisis latar belakang 965 CEO yang memimpin 20 perusahaan terbesar di seluruh dunia dari sisi penguasaan mereka termasuk keterampilan dan pengalaman yang mengantarkan mereka menuju pucuk pimpinan tertinggi.

Dalam laporan bertajuk, Route to the Top 2020, itu dibandingkan mengenai penunjukkan CEO yang dilakukan setelah 11 Maret 2020 (ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global) dengan yang ditunjuk dari Januari 2019 hingga 10 Maret 2020.


COVID-19 telah mendorong lebih banyak perusahaan mengalihkan fokus mereka ke arah yang lebih oportunistik yakni menunjuk CEO dengan rekam jejak yang terbukti dengan pengalaman sebelumnya, fakti ini menjadi sebuah kenyataan yang menguntungkan bagi laki-laki.

Penunjukan CEO perempuan menurun dari 12 persen pada kelompok yang ditunjuk setelah Oktober 2019 menjadi hanya 6 persen setelah pengumuman pandemi. Irlandia memiliki persentase CEO perempuan tertinggi (15 persen), dan Brasil memiliki persentase terendah (0 persen).

“Perusahaan-perusahaan itu memerlukan sebuah kepastian di tengah ketidakpastian global sehingga rekam jejak sangat penting bagi mereka demi kelangsungan bisnis perusahaan sampai semuanya kembali normal,” kata Jeff Sanders, Vice Chairman Heidrick & Struggles.

Fakta ini seakan menjadi bukti terbaru yang menunjukkan dampak pandemi yang tidak setara bagi perempuan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan telah memperingatkan sejak September 2020 bahwa COVID-19 akan mendorong 47 juta lebih banyak wanita dan anak perempuan jatuh di bawah garis kemiskinan, menjadikan perjuangan pemberantasan kemiskinan pada perempuan selama beberapa dekade terakhir menjadi tampak sia-sia.

Berita Terbaru