Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Supian Hadi di Mata Sang Sahabat

  • Oleh Penulis Opini
  • 01 Maret 2021 - 23:50 WIB

BORNEONEWS - Tulisan ini adalah catatan sejarah hidup bagi penulis selama mendampingi Bapak Supian Hadi (SHD ) Bupati Kotawaringin Timur periode 2010 – 2015 – 2021. Dan dalam tulisan ini penulis bercerita saat mendampingi beliau selama kami perjalanan menuju semua desa di Kabupaten kotawaringin timur dengan menggunakan kendaraan jenis Trail, selain misi SHD untuk menembus semua akses jalan ke desa-desa namun bagi penulis ada sebuah catatan yang sangat berkesan bahkan menjadi sebuah pengalaman hidup yang akan menjadi sejarah dalam hidup penulis.

Di saat sebagian orang beranggapan bahwa kegiatan itu hanya hura – hura tapi bagi penulis itu adalah anggapan yang salah. Kenapa penulis katakan salah, karena pada saat kami naik trail ada filosofi hidup yang tersirat di situ.

Bahwa saat mengendarai trail tidak seperti kita mengendarai motor – motor lain karena jalur / jalan yang kami lalui saat bertrail tidak mulus kadang ada tanjakan, turunan jalan belumpur, berbatu, menyeberang sungai, menerjang banjir, dan sering kita jatuh dan motor mengalami trable, dan hal ini seperti kita menjalani hidup dan kehidupan tidak selamanya jalan yang kita lalui itu akan selalu mulus namun banyak tantangan dan rintangan yang kita dapat, ketika kita jatuh kita bersusah payah untuk bangkit kembali dan melanjutkan berjalanan itu.

Saat kita jatuh siapa yang akan membantu kita tak lain adalah teman yang setia bersama kita disaat suka dan duka, saat jatuh dari motor banyak teman yang hanya lewat dan menertawakan kita bahkan tancap gas dengan maksud supaya cepat sampai ke finish ( tujuan yang akan dicapai ) dan ini menggambarkan jiwa dari kawan – kawan kita di jalur, ada yang langsung menolong dan ada juga yang langsung tancap gas.

Yang paling berkesan pada saat kami menuju salah satu desa di kecamatan telawang ( desa kenyala) dan kami tersesat di jalan sawit untuk menuju jalan aspal tujuan kami adalah keluar ke simpang desa runting tada namun karena tersesat kami keluar melalui simpang desa sebabi saat sampai dijalan aspal tersebut yang tersisa hanya kami berdua, penulis dan SHD, saat itu lampu motor trail penulis mati sehingga penulis harus mengendarai trail dalam kondisi tanpa penerangan, apa yang dilakukan SHD saat itu, beliau bilang “cah ayo kita lanjutkan perjalanan ini” dan kami pun melanjutkan perjalanan dari simpang sebabi menuju sampit  dan selama perjalanan itu penulis dikawal SHD dengan lampu yang ada dimotor beliau, beliau memberikan penerangan kepada penulis selama perjalanan tersebut, penulis berkendara berada disebelah belakang kiri beliau dan beliau di depan sebelah kanan penulis, dan sesekali beliau menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa penulis masih aman. Penulis tidak dapat membayangkan pada saat itu kalau beliau meninggalkan penulis dengan kondisi motor tanpa lampu dengan perjalanan aspal kurang lebih 90 kilometer, ditengah berpapasan mobil dan truk yang besar – besar, mungkin penulis akan mengalami hal – hal yang tidak diinginkan terhadap jiwa penulis, tapi kenyataannya beliau tetap mengawal penulis sampai ke Sampit dengan kondisi motor penulis tanpa lampu.

Satu cerita lagi yang juga sangat berkesan saat kami menuju desa rantau sawang, saat itu hari sudah menunjukkan pukul 12.30 wib dan pada saat itu hari jum’at, rombongan kami saat itu yang tersisa hanya sekitar 8 orang,kondisi fisik sudah menurun dan perut sangat lapar sedangkan warung tidak ada sementara kami masih berada dijalur logging yang jauh dari perkampungan dan camp, pada saat itu jujur hati penulis sudah mau menyerah dan menyudahi perjalanan itu tapi apa yang dikatakan beliau saat itu “ cah kita lanjutkan perjalanan ini karena niat kita dan tujuan kita adalah desa rantau sawang, jangan menyerah” kata – kata ini lah yang masih teringat dibenak penulis dan menjadi penyemangat penulis dikala mau menyerah, akhirnya kami sampai di salah satu camp logging dan disitu kami numpang sholat zuhur dimusholla yang tidak terlalu besar, setelah itu  kami diberi makan seadanya dan secukupnya karena kondisi dadakan, jadi pada saat itu yang ada hanya nasi dan ikan serta sayur yang masing – masing porsinya hanya 1 mangkuk ukuran sedang, dan beliau membagi makanan tersebut agar kami 8 orang ini bisa makan walau hanya sekedar buat menambah tenaga dan porsinya sedikit sama sedikit.

saat sambutan beliau pada acara pisah sambut bupati yang dilaksanakan hari sabtu, 27 februari 2021 di rumah jabatan beliau, beliau mengungkapkan dan menceritakan perjalanan kami tersebut, dan saat itu beliau mencari dan menanyakan keberadaan penulis, padahal penulis masih berada dilokasi acara tersebut dan mendengar serta menyimak sambutan beliau, jujur penulis langsung berjalan kebelakang tepatnya ke bawah rumah betang yang ada di lokasi rumah jabatan, penulis berfirasat kalau penulis naik ke panggung pada saat itu mungkin akan terjadi hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh jiwa seorang rider didepan umum yaitu NANGIS, hehehe makanya pada saat itu penulis langsung keluar dari aula rujab. Penulis bukannya sedih karena beliau mengakhiri masa jabatan, karena beliau tidak menjadi seorang bupatipun persahabatan kami akan terus terjalin dengan baik, tapi pengalaman sedih yang kami lalui selama perjalanan trail itu yang penulis tidak sanggup menahan air mata ini menetes dipipi.

Dari perjalanan ini dapat diambil hikmahnya yaitu :

  1. Perjalanan kami naik trail ke semua desa adalah merupakan filosofi perjalanan hidup, tidak semua jalan harus mulus dan lancar, banyak tantangan yang dilalui disaat jatuh kita harus berjuang berdiri dan jalan kembali.
  2. Bahwa dalam perjalanan trail menggambarkan sifat manusia dalam berteman dan tergambar dalam lirik lagu Charli ST 12 “ ISTANA BINTANG”
  3. Jangan pernah menyerah kalau ingin mencapai tujuan.

Terakhir saat berada di desa Pahirangan SHD’27 bertanya kepada penulis “cah setelah berakhir masa jabatanku sebagai Bupati aku jadi apa “ dan penulis jawab dengan tegas “ PIAN HARUS TETAP MENJADI ORANG BAIK”.

Itulah catatan yang paling penting dan berkesan dalam hidup penulis saat bersama SHD menjelajah semua desa yang ada di Kotawaringin Timur terlepas dari anggapan sebagian orang bahwa bahwa perjalanan kami ada misi tertentu, namun bagi penulis ada sebuah pelajaran yang didapat dan menjadi sejarah dalam hidup ini.

(PENULIS: RAIHANSYAH a.k.a ANCAH’95, Sahabat SHD)

Berita Terbaru