Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Oposisi India Desak Percepatan Vaksinasi Menyusul 1,5 Juta Kasus Baru

  • Oleh ANTARA
  • 08 Mei 2021 - 09:30 WIB

BORNEONEWS, Bengaluru - Pimpinan oposisi India, Rahul Gandhi, ada Jumat mendesak pemerintah untuk melakukan vaksinasi terhadap penduduk negara dengan tepat dan menelusuri virus corona dengan basis keilmuan dalam upaya untuk menekan gelombang kedua, di mana terdapat 1,5 juta kasus baru dalam sepekan.

"Kekurangan strategi COVID dan vaksin yang jelas dan koheren serta kesombongan dalam mendeklarasikan kemenangan prematur atas virus yang masih menyebar luas, telah menempatkan India di posisi yang sangat berbahaya," kata Gandhi dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Perdana Menteri Narendra Modi, Jumat.

Modi telah dikritik secara luas karena tidak mengambil langkah lebih cepat untuk menekan gelombang kedua, setelah festival-festival keagamaan dan aksi-aksi politik menyebabkan puluhan ribu orang berkumpul dalam beberapa pekan terakhir dan menjadi acara "penyebaran super".

Pemerintahannya juga telah dikritik karena menghentikan pembatasan kegiatan sosial terlalu cepat, menyusul gelombang pertama dan atas keterlambatan program vaksinasi, yang disebut para ahli medis sebagai satu-satunya harapan India dalam mengontrol gelombang kedua COVID-19.

Kala India merupakan produsen vaksin terbesar kedua di dunia, negara tersebut kesulitan untuk mendistribusikan dosis yang cukup untuk menekan gelombang COVID-19.

Harian The Hindustan Times pada Jumat mendesak: "Percepat program vaksinasi, dapatkan cukup kendali terhadap pandemi..."

Modi telah menekankan bahwa negara-negara bagian India harus terus menjaga laju vaksinasi. Meski negara tersebut telah mendistribusikan setidaknya 157 juta dosis vaksin, laju inokulasinya telah menurun tajam dalam beberapa hari terakhir.

"Setelah mencapai laju sekitar 4 juta per hari, kini kita turun ke 2,5 juta per hari akibat kekurangan vaksin," kata professor ekonomi dari Universitas British Columbia, Amartya Lahiri, dikutip dari harian Mint.

"Target 5 juta per hari berada di sisi yang lebih rendah dari apa yang harus kita targetkan, mengingat bahkan di laju tersebut pun, akan memakan kita satu tahun untuk memberikan dua dosis bagi semua masyarakat. Situasi saat ini sayangnya sangat kelam."

Uni Eropa pada Kamis mendukung proposal Amerika Serikat untuk mendiskusikan perlindungan paten untuk vaksin COVID-19 dalam upaya untuk meningkatkan pasokan dan akses terhadap vaksin, terutama di negara-negara berkembang yang rentan.

Berita Terbaru