Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Sragen Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Sosok Teguh Esha "Ali Topan" di Mata Ilham Bintang

  • Oleh ANTARA
  • 18 Mei 2021 - 08:00 WIB

BORNEONEWS, Jakarta  - Sosok Teguh Esha, penulis novel populer "Ali Topan Anak Jalanan" yang meninggal pada Senin (17/5) pukul 05.30 WIB akibat COVID-19 punya kesan khusus bagi wartawan sekaligus pengusaha Ilham Bintang.

Ilham mengenal Teguh sekitar empat puluh tahun lalu di Press Club/ Kantor PWI Pusat, jalan Veteran, Jakarta Pusat. Saat itu, sedang berlangsung diskusi yang menampilkan Teguh sebagai salah sebagai satu pembicara.

"Saya ingat persis tanggalnya 27 Mei 1980, karena putera saya yang pertama Rezanades Mohammad lahir di RS Budi Kemuliaan hari itu," kata Ilham dalam pernyataanya, Senin.

Teguh sempat mengucapkan selamat pada Ilham dan menyelipkan amplop sebagai kado atas kelahiran puteranya. Bagi Ilham, bukan hanya kadonya yang berkesan (sebanyak Rp50 ribu) yang nilainya masa itu sepertiga biaya persalinan kelas 1 di RS Budi Kemuliaan, tetapi cara Teguh menunjukkan persahabatan.

"Saya nilai luar biasa. Maka itu akan saya kenang selalu sampai kapan pun. Tiap kali Teguh berkunjung ke rumah atau pun ke kantor, saya selalu ingatkan kisah itu. Dia cuma senyum tersipu khas Teguh. Sampai hari ini saya merasa belum pernah membalas kebaikannya," tutur Ilham.

Ilham mengatakan, sikap solider Teguh yang tinggi kepada kawan, tampaknya berkait dengan latar belakangnya yang cukup pahit di masa lalu.

Ayahnya, Achmad Adrai, seorang tukang listrik, meninggal waktu Teguh Esha masih berusia empat tahun. Sejak itulah ibu merangkap jadi bapak, kata Teguh pada Ilham suatu hari.

Pada tahun 1959, ibu Teguh, Wilujeng A. Adrai mengajak keluarganya pindah dari Bangil, Jawa Timur ke Jakarta atas alasan demi pendidikan anak-anaknya.

Ilham berkisah, pada usia belasan tahun di Jakarta itu, Teguh merasakan masa tantangan hidup. Dia dan kakak dan adiknya harus menjajakan pakaian anak-anak yang dijahit ibunya ke Pasar Tanah Abang, atau menjual kantung kertas ke beberapa toko di situ.

Dalam kehidupan yang sulit dan keras, ibunya menetapkan tujuan, yaitu paling tidak anak-anak harus lulus SMA. Upaya itu berhasil.

Berita Terbaru