Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Dharmasraya Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kardinal Myanmar Imbau Pertempuran Dihentikan Setelah Serangan Gereja

  • Oleh ANTARA
  • 27 Mei 2021 - 05:00 WIB

BORNEONEWS, Naypyidaw - Pemimpin Katolik Roma di Myanmar menyerukan agar serangan terhadap tempat-tempat ibadah diakhiri, setelah dia mengatakan empat orang tewas dan lebih dari delapan lainnya luka-luka ketika sekelompok orang yang sebagian besar perempuan dan anak-anak berlindung di sebuah gereja untuk menghindari pertempuran.

Konflik antara tentara dan pasukan yang menentang aturan militer telah meningkat dalam beberapa hari terakhir di Myanmar timur dekat perbatasan negara bagian Shan dan Kayah, dengan puluhan pasukan keamanan dan pejuang lokal tewas, menurut penduduk dan laporan media.

Ribuan warga sipil juga telah meninggalkan rumah mereka akibat pertempuran tersebut dan juga menderita korban jiwa.

"Dengan kesedihan dan rasa sakit yang luar biasa, kami mencatat penderitaan kami atas serangan terhadap warga sipil yang tidak bersalah, yang mencari perlindungan di Gereja Hati Kudus, Kayanthayar," kata Kardinal Charles Maung Bo, yang merupakan Uskup Agung Yangon, dalam sebuah surat yang diunggah di Twitter .

Gereja di distrik Loikaw, ibu kota Negara Bagian Kayah yang berbatasan dengan Thailand, mengalami kerusakan parah selama serangan Minggu malam (23/5), kata Bo.

Myanmar didominasi umat Buddha tetapi beberapa daerah termasuk Kayah memiliki komunitas Kristen yang besar.

"Tindakan kekerasan, termasuk penembakan terus menerus, menggunakan senjata berat pada kelompok ketakutan yang sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak" telah menimbulkan korban," kata Bo..

"Ini harus dihentikan. Kami mohon kepada kalian semua ... mohon jangan meningkatkan perang," imbau dia. Bo berkata bahwa gereja, rumah sakit, dan sekolah dilindungi selama konflik oleh konvensi internasional.

Dia mengatakan serangan itu telah mendorong orang untuk melarikan diri ke hutan dengan lebih dari 20.000 orang mengungsi dan sangat membutuhkan makanan, obat-obatan, dan peralatan kebersihan.

Penduduk lain di daerah itu mencoba membantu orang-orang telantar yang diperkirakan pada Rabu jumlah yang telah meninggalkan rumah mereka sekarang meningkat menjadi antara 30.000 dan 50.000 orang, dan masih menggunakan gereja untuk berlindung.

Berita Terbaru