Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Supiori Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

BKKBN: Perjuangan Otonomi Tubuh Turunkan Kematian Ibu hingga Stunting

  • Oleh ANTARA
  • 02 Juli 2021 - 11:50 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan perjuangan terhadap otonomi tubuh mampu menurunkan angka kematian ibu dan bayi hingga stunting.

"Perjuangan terhadap hak-hak dan otonomi tubuh ini akhirnya mampu menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi dan juga angka morbiditasnya, termasuk seperti stunting dan seterusnya," ujar Hasto dalam Peluncuran Laporan State of World Population (SWOP) 2021 "Otonomi Tubuh: Tubuhku Adalah Milikku" secara daring di Jakarta, Kamis.

Dalam SWOP 2021 salah satunya menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk otonomi tubuh dan juga hak untuk membuat pilihan terkait dengan dirinya, katanya.

Namun demikian, sayangnya hampir setengah dari semua perempuan di 57 negara berkembang masih banyak yang belum bisa menggunakan haknya.

"Bahkan dalam urusan kontrasepsi, perempuan belum merdeka untuk menentukan pilihannya, keputusan ada pada dirinya untuk mau hamil atau tidak hamil," katanya.

Selain itu, perempuan juga belum sepenuhnya mempunyai kekuatan untuk menentukan pernikahannya. "Inilah hal-hal yang penting untuk kita perhatikan bersama," ujar Hasto.

Ia mengatakan, merujuk laporan SWOP tahun 2021,  ditegaskan bahwa otonomi tubuh sebagai suatu hak universal. Tentu itu menjadi bagian hak asasi yang perlu diperhatikan.

"Saya berharap kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk memperhatikan hak dan juga masalah-masalah yang terkait dengan gender ini memberikan suatu dukungan besar terhadap terwujudnya kualitas kesehatan perempuan dan juga anak, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih luas untuk menekan adanya 'unmet need'," katanya menjelaskan soal kebutuhan Keluarga Berencana (KB) yang belum terpenuhi. 

Dalam kesempatan itu, Hasto juga mengatakan, kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi jika dibandingkan terhadap rata-rata kondisi negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

"Oleh karenanya kita masih tetap harus berjuang, derajat kesehatan bangsa tentu sangat erat sekali hubungannya dengan kematian ibu, kematian bayi, kekerasan pada perempuan. Ini satu hal yang sangat penting untuk kita perhatikan bersama," katanya.

ANTARA

Berita Terbaru