Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Banyuwangi Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Dewas Tak Temukan Cukup Bukti Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan KPK

  • Oleh ANTARA
  • 24 Juli 2021 - 06:00 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Dewan Pengawas KPK menyatakan tidak menemukan cukup bukti untuk melanjutkan ke sidang etik terkait dugaan pelanggaran etik lima orang pimpinan KPK yang dilaporkan para pegawai.

"Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka Dewan Pengawas secara musyawarah dan mufakat berkesimpulan seluruh dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku yang dilakukan oleh pimpinan KPK sebagaimana yang disampaikan dalam Surat Pengaduan kepada Dewan Pengawas, tidak cukup bukti sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke Sidang Etik," kata Ketua Dewas KPK Tumpak Hatorangan Panggabean dalam konferensi pers di gedung KPK Jakarta, Jumat 23 Juli 2921.

Laporan dilayangkan oleh para pegawai KPK yaitu Yudi Purnomo, Abdan Syakuro dan Nita Adi Pangestuti sedangkan pihak terlapor adalah Firli Bahuri, Nurul Ghufron, Nawawi Pomolango, Alexander Marwata, dan Lili Pintauli Siregar.

Para pelapor mengajukan 7 butir pengaduan terkait penyusunan Peraturan Komisi (Perkom) No 1 tahun 0221 tentang Tata Cara Pengalihan Pegawai KPK menjadi Pegawai ASN yaitu:

1. Ketua KPK Firli Bahuri menambahkan pasal mengenai Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) dalam rapat pimpinan 25 Januari 2021 ke dalam draf Perkom No 01 tahun 2021 sebelum dibawa ke Kemenkumham untuk rapat harmonisasi.

2. Firli Bahuri menghadiri sendirian rapat pembahasan draf Perkom No 01 tahun 2021 pada 26 Januari 2021 di Kemenkumham dengan membawa draf Perkom yang telah ada tambahan pasal mengenai TWK

3. Pimpinan KPK dalam kegiatan sosialisasi pengalihan status pegawai KPK menjadi ASN pada 17 Februari 2021 tidak menjelaskan konsekuensi TWK bahkan tidak ada penjelasan bahwa mereka yang tidak memenuhi syarat diharuskan menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada atasan.

4. Perbuatan dan tindakan Pimpinan KPK yang membiarkan pelaksanaan asesmen yang diduga melanggar hak kebebasan beragama/berkeyakinan, kebebasan berekspresi/berpendapat dan hak bebas dari perlakuan diskriminasi dan kekerasan berbasis gender, termasuk pelecehan seksual dan tidak menindaklanjuti pengaduan pegawai atas pelanggaran tersebut.

5. Pernyataan Firli Bahuri dalam rapat 5 Maret 2021 yang dihadiri oleh pimpinan dan beberapa pejabat struktural menyampaikan bahwa TWK bukanlah masalah lulus atau tidak lulus dan untuk mengukur pegawai KPK terlibat dalam organisasi terlarang tidak cukup dengan wawancara.

6. Rapat pimpinan bersama dengan beberapa pejabat struktural pada 29 April 2021 sebelum pembukaan TWK telah diniatkan agar pegawai yang tidak memenuhi syarat berdasarkan hasil asesmen TWK dari Badan Kepegawaian Negara (BKN) agar diminta mengundurkan diri per 1 Juni 2021 dan jika tidak mengundurkan diri akan diberikan SK Pemberhentian serta tidak ada hal lain yang bisa dilakukan karena pegawai yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari KPK. Sehingga pada rapat 5 Mei 2021 yang dihadiri oleh Dewan Pengawas, Pimpinan, pejabat struktural hanya melegalisasi keputusan yang telah diambil pada 29 April 2021.

Berita Terbaru