Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Lampung Selatan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

FIFA Rundingkan Rencana Evakuasi Atlet dari Afghanistan

  • Oleh ANTARA
  • 29 Agustus 2021 - 09:16 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Federasi sepak bola internasional (FIFA) merundingkan rencana evakuasi pemain dan atlet dari Afghanistan setelah pengambilalihan kekuasaan negara tersebut oleh Taliban.

Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi pada Kamis 26 Agustus 2021 menewaskan puluhan warga sipil dan 13 tentara Amerika Serikat dan memporakporandakan Bandara Kabul saat ribuan orang tengah berusaha melarikan diri dari kekacauan akibat pengambilalihan kekuasaan tersebut.

Pekan lalu, pemain sepak bola tim nasional Afghanistan Zaki Anwari meninggal saat jatuh dari pesawat AS di Bandara Kabul, ketika kerumunan orang berusaha melarikan diri dari Afghanistan dan memadati bandara sejak Taliban berkuasa di ibukota pada 15 Agustus. 

"Presiden FIFA dan Sekretaris Jenderal mengikuti dengan seksama situasi dan bekerja tanpa lelah dengan pemerintah dan organisasi terkait untuk mengeluarkan mereka yang berisiko dari Afghanistan," ujar juru bicara FIFA dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari laman resmi Reuters.

"Pimpinan FIFA secara pribadi terlibat dalam negosiasi evakuasi kompleks pemain sepak bola dan atlet lainnya. "Ini adalah situasi yang sangat menantang," tambahnya. 

Sementara itu, media Australian Broadcasting Corporation (ABC) melaporkan awal pekan ini Australia telah mengevakuasi lebih dari 50 atlet wanita Afghanistan, yang selanjutnya akan menjadi tanggungan mereka, setelah dilobi oleh sejumlah tokoh terkemuka dari dunia olahraga. 

FIFPRO, asosiasi pemain sepak bola profesional dunia, menyatakan pihaknya juga terlibat dalam upaya evakuasi para atlet tersebut dan menghargai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Australia. 

Mantan kapten tim sepak bola wanita Afghanistan, Khalida Popal, telah mendesak agar para pemain menghapus media sosial, identitas publik dan membakar perlengkapan mereka demi keamanan, karena negara itu kembali dikuasai Taliban yang memberlakukan pembatasan ketat perilaku wanita selama pemerintahan 1996-2000. 

Dalam sebuah wawancara video, Popal mengatakan kepada Reuters bahwa Taliban telah membunuh, memperkosa dan merajam wanita di masa lalu, dan kini para pemain sepak bola wanita ketakutan dengan apa yang mungkin terjadi di masa depan. 

ANTARA

Berita Terbaru