Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Guru dan Mahasiswa Asah Kemampuan Menulis Cerita Rakyat

  • Oleh Budi Yulianto
  • 29 September 2021 - 04:00 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Guru bahasa dan sastra Indonesia bersama empat mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Pendidikan Agama Islam, mengasah kemampuan menulis cerita rakyat. Ilmu yang bermanfaat itu mereka timba melalui kegiatan pelatihan yang digelar Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.

“Buku bacaan cerita rakyat tentu sangat bermanfaat, khususnya bagi anak-anak. Hal itu agar anak bisa mengetahui bagaimana cerita-cerita yang berkembang di daerahnya,” kata Panitia Pelatihan Menulis Cerita Rakyat Kalteng, Lastaria dalam rilisnya yang diterima borneonews, Selasa, 28 September 2021. 

Kegiatan yang digelar di aula utama UMPR itu berlangsung pada Senin, 27 September 2021. Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber seorang sastrawan yang juga dosen di Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya, Imam Qalyubi. Acara dibuka Endang Sri Suyanti, mewakili Kepala LP2M-UMPR.

Endang meminta, universitas tersebut terus berupaya meningkatkan diri dalam Catur Dharma Perguruan Tinggi, khususnya Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Kegiatan catur darma yakni terdiri atas pendidikan, penelitian, pengmas dan kemuhammadiyahan, wajib dijalankan dosen.

Sementara itu, Imam Qalyubi mengungkapkan, seseorang akan selalu dikenang masyarakat dan sejarah, melalui tulisannya. Menurutnya, orang bisa pandai setinggi langit, tetapi apabila tidak menulis, maka akan sulit diingat masyarakat.

Masih menurut Imam, menulis itu segampang berbicara, jika bisa berbicara dipastikan bisa menulis, karena tulisan itu alih wahana dari tuturan. Perempuan mempunyai potensi menjadi penulis hebat. Sifat perempuan sebagai seorang penutur, peluang besar untuk menjadi penulis hebat.

“Sifat dasar perempuan mampu berucap hingga 20 ribu kata. Sedangkan laki-laki hanya 7 ribu kata. Jadi kalau tulisan wahana alih dari tuturan, tentu harusnya perempuan lebih berpeluang menjadi penulis hebat,” papar Imam.

Seseorang, lanjut Imam, bisa memulai tahapan menulis mulai dari memilih cerita berdasarkan tempat tinggal, mencari para tetua atau tokoh di desa tempat tinggal sebagai sumber informasi awal sebuah cerita, mendengarkan, merekam atau mencatat cerita yang disampaikan. Jika ada banyak macam cerita, pilih yang menarik yang relevan konteks, seperti tentang wabah, harmoni dalam perbedaan dan cinta tanah air.

Kemudian, mampu mendeskripsikan dengan jelas karakter tokoh, memiliki gambaran yang pasti bagaimana bentuk pembukaan cerita dan bagaimana penutupannya, menentukan sesuatu yang menjadi pemicu terjadinya konflik bisa manusia bisa sesuatu, menelaah terlebih dahulu pesan yang ada dalam cerita tersebut.  

“Buat sinopsis cerita, mulai menulis pembukaan cerita, terus menulis dan mengalir. Menulis terus hingga penutupan, karena karya yang baik itu yang selesai. Melihat ulang tulisan dari awal hingga akhir melalui proofreading. Terakhir, kontak penerbit dan cetak,” demikian Imam menyampaikan. (BUDI/B-7)

Berita Terbaru