Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Pacitan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

CORE: Potensi Kenaikan Bunga Kredit Bank di 2022 Patut Diwaspadai

  • Oleh ANTARA
  • 30 Desember 2021 - 02:00 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengingatkan perlunya antisipasi kenaikan suku bunga kredit perbankan yang terlalu tinggi di 2022.

"Di tengah kebijakan moneter yang lebih ketat, mereka cenderung akan tetap mempertahankan margin lebar dengan meningkatkan suku bunga kredit untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi," kata Piter dalam webinar "Refleksi Ekonomi Akhir Tahun 2021" yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Ia memproyeksikan Bank Indonesia akan memperketat kebijakan moneter pada 2022 dengan meningkatkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate sehingga perbankan akan mempertahankan suku bunga kredit yang tinggi.

Kondisi ini berbeda dari tahun 2020 dan 2021 ketika BI memperlonggar kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan. Namun, saat ini perilaku perbankan cenderung lebih cepat menurunkan suku bunga deposito, tetapi lamban dalam menurunkan suku bunga kredit.

"Dari 2020, setelah suku bunga BI turun 150 basis poin, ternyata suku bunga kredit hanya turun 117 basis poin," katanya.

Sementara itu, menurut dia, pada saat yang sama, suku bunga deposito perbankan turun hingga 278 basis poin.

"Di tengah penurunan suku bunga acuan atau pelonggaran kebijakan moneter, yang terjadi bank memperlebar margin keuntungan dengan mempertahankan suku bunga kredit tinggi sehingga tetap mendapatkan keuntungan besar walaupun penyaluran kredit sangat rendah," kata Piter.

Ia pun meminta adanya antisipasi di 2022 agar kebijakan moneter berdampak lebih efektif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan suku bunga kredit perbankan yang lebih rendah, pelaku usaha akan lebih berminat mengambil kredit untuk berinvestasi.

"Tidak berjalannya transmisi suku bunga itu tidak pernah kita selesaikan, tidak pernah kita cari masalahnya apa, penyebabnya apa, dan solusinya apa, sehingga kita bisa meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Kalau ini tidak diselesaikan di masa yang akan datang, peran kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi tidak menjadi lebih baik," ucapnya.

ANTARA

Berita Terbaru