Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

BPIP: Propaganda Digital Lemahkan Persatuan Bangsa

  • Oleh ANTARA
  • 30 Januari 2022 - 13:00 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Ideologi Pancasila Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Aris Heru Utomo mengatakan bahwa propaganda atau berita berisikan informasi bohong di dunia digital dapat melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

"Saat ini, propaganda atau penyebaran informasi atau berita bohong untuk melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa dapat dilakukan secara digital. Informasi masuk ke ruang-ruang publik lewat perangkat elektronik yang dipegang orang-orang berusia muda hingga dewasa," tutur Aris.

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam kuliah umum Pancasila bertema "Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Karakter Dasar Generasi Muda di Era Disrupsi Revolusi Industri 4.0 dalam Mendorong Terwujudnya Keamanan Siber Nasional", sebagaimana yang tercantum dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

“Di sinilah pentingnya penguatan pemahaman akan Pancasila agar masyarakat Indonesia yang sangat beragam tidak mudah terpengaruh atau tergoda nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai keperibadian bangsa Indonesia sendiri,” ujar Aris menambahkan.

Oleh karena itu, menurut Aris, penting untuk memahami Pancasila sebagai pemersatu berbagai keragaman yang ada di bangsa Indonesia. Sekaligus, sebagai "bintang pemandu" (Leitstar) dinamis yang menjadi acuan kehidupan bangsa agar sesuai dengan cita-cita pendirian negara.

Kepada 98 orang taruna/I tingkat satu Politeknik Siber dan Sandi Negara (dahulu Sekolah Tinggi Siber dan Sandi Negara) yang menghadiri kuliah umum Pancasila, Aris menjelaskan alasan-alasan mengapa bangsa Indonesia menjadikan Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan ideologi negara.

"Setidaknya terdapat empat alasan yang mendasari mengapa kita mesti memahami Pancasila, yaitu historis, filosofis, yuridis, dan sosiologis," ucap Aris.

Aris pun menjelaskan keempat alasan tersebut, dan berangkat dari alasan historis dengan mengutip judul pidato Presiden pertama RI Sukarno pada 17 Agustus 1966 "Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah!".

"Jangan sekali-kali kita meninggalkan sejarah-sejarah panjang yang telah diperjuangkan para pendiri bangsa. Secara historis, Pancasila adalah dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan ideologi negara yang disusun oleh para pendiri negara Indonesia melalui serangkaian proses yang panjang," tutur Aris.

Bangsa Indonesia mempunyai sejarah yang terbentuk secara dialektika berbasis nilai-nilai yang telah dianut bangsa ini. Dalam perjalanan hidup bangsa Indonesia, nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai nilai-nilai khas yang tumbuh di Indonesia, terbukti telah menjadikan bangsa Indonesia dalam wadah NKRI bertahan hingga saat ini.

Berita Terbaru